CirebonRaya

Cirebon Mencekam DPRD Lumpuh, Aparat Sebut Aksi Demo Telah Ditunggangi Perusuh

kacenews.id-CIREBON-Sabtu (30/8/2025) menjadi hari mencekam bagi masyarakat Cirebon. Gelombang unjuk rasa yang bermula dari tuntutan masyarakat terhadap kinerja wakil rakyat berujung anarkis. Dua gedung DPRD, baik Kabupaten maupun Kota Cirebon, tak luput dari amukan massa.

Di Kabupaten Cirebon, ratusan orang merangsek ke Gedung DPRD.
Tanpa orasi, mereka langsung menjebol pagar, membakar ruangan, serta menjarah hampir seluruh perangkat elektronik dan fasilitas kantor. Komputer, televisi, hingga pendingin ruangan raib digondol massa. Bahkan, sepeda motor petugas keamanan dan sejumlah pos penjagaan ikut dibakar.

Seorang warga, Udin (45 tahun), yang menyaksikan peristiwa tersebut mengaku prihatin.
“Tuntutannya tidak jelas. Malah fasilitas umum yang dibangun dari pajak rakyat jadi korban. Saya lebih melihat ini sebagai penjarahan ketimbang demo,” ujarnya.

Kerusuhan itu menyisakan persoalan serius. Ratusan komputer yang dijarah membuat seluruh arsip digital DPRD Kabupaten Cirebon lenyap tanpa cadangan.

Sekretaris DPRD, Asep Pamungkas, mengaku perangkat kerja lumpuh total karena tidak ada sistem back-up. “Semua data hilang, termasuk dokumen keuangan, arsip rapat, hingga agenda legislasi,” katanya.

Bupati Cirebon, H. Imron, yang meninjau langsung kondisi gedung menyesalkan aksi anarkis tersebut. Menurutnya, fasilitas publik vital tidak seharusnya menjadi sasaran.
“Kami akan berkoordinasi dengan pimpinan dewan untuk mencari solusi. Kalau dibiarkan, roda pemerintahan terganggu,” ujarnya.

Dandim 0620/Kabupaten Cirebon, Letkol M. Yusron, menegaskan kerusuhan itu bukan spontanitas. “Ada pihak yang menunggangi, terbukti dengan ditemukannya bom molotov, bensin, hingga mesin pemotong besi. Kami sudah siaga satu,” katanya.

Tak berhenti di Kabupaten, kerusuhan merembet ke Kota Cirebon. Sekitar pukul 14.00 WIB, sebagian massa yang didominasi pelajar STM—bergerak menuju DPRD Kota Cirebon.
Mereka memaksa masuk, melempari kaca, merusak kursi, sofa, hingga ruang rapat paripurna Griya Sawala. Beberapa barang bahkan ikut dijarah.

Petugas kepolisian dan Brimob Polda Jabar terpaksa menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa yang sempat meluas hingga Jalan Siliwangi, pelataran Masjid Attaqwa, dan Jalan Kartini.
Kericuhan berlangsung hingga menjelang malam.

Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, sempat turun menemui massa. Namun bukannya berdialog, ia malah dilempari hingga harus dievakuasi. Situasi baru terkendali sekitar pukul 19.00 WIB setelah aparat berhasil memukul mundur massa. Meski sempat menegangkan, akhirnya perwakilan demonstran bersedia berdialog bersama Wali Kota dan Danrem 063/Sunan Gunung Jati, Kolonel Hista Soleh Harahap, di Balai Kota.

Dalam pertemuan itu, mereka menyampaikan aspirasi, salah satunya meminta agar rekan-rekan mereka yang diamankan polisi dibebaskan.

Danrem Hista Soleh menekankan pentingnya mencegah kerusuhan terulang dengan mengedepankan dialog. “Kalau ada aspirasi, mari kita bicarakan baik-baik. Jangan sampai ada korban dan kerugian lebih besar. Ini pelajaran bersama agar kita lebih dewasa dalam menyampaikan pendapat,” ujarnya.

Senada, Wali Kota Cirebon Effendi Edo juga menyesalkan aksi yang merusak fasilitas publik. Ia menekankan bahwa aspirasi sebaiknya disalurkan dengan cara damai.
“Anak muda ini punya energi besar. Tapi jangan disalurkan dengan merusak. Lebih baik kita duduk bersama, audiensi, dan salurkan aspirasi dengan cara yang sehat,” katanya.

Kini, pasca-kerusuhan, pemerintah daerah bersama aparat keamanan fokus pada pemulihan situasi. Sementara masyarakat berharap kejadian ini menjadi momentum refleksi bahwa penyampaian aspirasi adalah hak, tetapi menjaga kondusivitas dan kedamaian adalah kewajiban bersama.

Sementara itu, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cirebon, Dika Agung Wahyudi mengakui banyak penyusup yang menunggangi aksi unjuk resa untuk menciptakan kericuhan melalui gerakan-gerakan provokasi.

“Ulah penyusup sempat mengganggu jalannya aksi kita. Sehingga tujuan utama belum tersampaikan dengan baik. Namun, kami berhasil memaksa penyusup untuk mundur,” ujar Dika, Sabtu (30/8/2025).

Ia menegaskan, setiap tindakan anarkis bukan berasal dari massa Cipayung Plus tapi ulah penyusup yang ingin merusak citra gerakan.
Sejumlah elemen mahasiswa Cirebon yang tergabung dalam Cipayung Plus mengaku ada banyak penyusup yang ingin masuk menunggangi aksi demo.

Dika mengatakan, aksi demo yang dilakukan mahasiswa Cipayung Plus di Mapolresta Cirebon berjalan tertib dan damai. Bahkan aksi demo kemaren tidak untuk merusak, menjarah dan membakar.

Bahkan massa aksi Cipayung Plus Cirebon pun tidak menginjakkan kaki ke gedung DPRD Kabupaten Cirebon, hanya di depan Mapolresta Cirebon.

“Aksi kami murni menyampaikan aspirasi rakyat. Kami fokus pada tujuan awal, memperjuangkan keadilan dan menolak segala bentuk manipulasi, rakyat tidak boleh terpecah belah,” kata Dika.

Sehingga, kata Dika, pihaknya mengajak kepada seluruh elaman masyarakat agar jangan sampai terpecah-belah oleh narasi penyusup dan ingin membuat kacau Cirebon.

“Setiap tindakan anarkis bukan berasal dari massa aksi kami (Cipayung Plus) tapi ulah penyusup yang ingin merusak citra gerakan,” tegasnya.

Ia menyatakan, aspirasi Cipayung Plus sangat jelas yakni adili pelaku penabrak driver ojol oleh anggota Brimob serta bertanggung secara moril dan materil

“Reformasi Polri, copot kapolri, reformasi total terhadap penyelenggara negara, khususnya DPR,” katanya.

Dika pun menegaskan massa aksi dari Cipayung Plus ini tidak merusak fasilitas umum, pos polisi dan kantor DPRD Kabupaten Cirebon. Sehingga, pihaknya tidak bertanggungjawab dengan aksi yang anarkis tersebut.

“Ini merupakan provokasi yang tidak bertanggungjawab. Kami tegaskan massa Cipayung Plus melakukan aksinya dengan tertib,” tegas Dika.

Lebih lanjut, kata Dika, Aliansi Cipayung Plus mengajak seluruh elemen masyarakat, khususnya warga Cirebon, untuk bersama-sama menjaga kondusivitas dan mendorong perubahan ke arah yang lebih baik.

Pihaknya menekankan bahwa perjuangan menuntut keadilan harus tetap dilakukan secara damai, terarah, dan berlandaskan kepentingan bersama.

“Cirebon adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan kekerasan dan kerusakan merusak nilai-nilai perjuangan yang luhur. Mari kita jaga Cirebon ini bersama sama agar kedepan Cirebon lebih baik lagi,” kata Dika.

Senada, Jamaludin Bachtiar dari PC PMII Cirebon menyampaikan bahwa tuntutan mereka adalah murni untuk kepentingan rakyat dan bukan untuk kepentingan politik mana pun.

“Kami mengutuk segala bentuk kekerasan dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh aparat. Kami juga menolak kriminalisasi terhadap massa aksi. Negara harus hadir untuk rakyat, bukan justru, menindasnya,” ujar Jamaludin.

Aksi demo yang dilakukan Cipayung Plus merupakan gabungan dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Seperti diketahui, ribuan massa dari kalangan mahasiswa, pelajar, pengemudi ojek online (ojol), hingga pemuda tumpah ruah ke jalan, Sabtu (30/8/2025).

Mereka menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk solidaritas atas meninggalnya Affan Kurniawan, seorang driver ojol yang diduga tewas akibat tindakan represif aparat.

Sejak pagi, massa berkumpul di eks Terminal Weru sebelum berkonvoi menuju perempatan lampu merah Plered dan Weru.

Arus kendaraan dari arah Jakarta menuju Kota Cirebon maupun sebaliknya macet total hingga beberapa kilometer.

Mahasiswa yang tergabung dalam Cipayung Plus, gabungan PMII, HMI, dan GMNI mengambil alih jalur utama. Mereka membakar ban, berorasi, serta mengecam aparat kepolisian yang dianggap bertindak berlebihan. “Saudara kita Affan Kurniawan ingin menyuarakan kebenaran, tapi nyawanya justru melayang,” teriak salah satu orator.

Aksi ini menyedot perhatian warga sekitar. Banyak yang menyaksikan langsung dari pinggir jalan, sebagian ikut merekam jalannya unjuk rasa. Bahkan, di antara lautan massa tampak bendera anime One Piece berkibar, menjadi simbol ekspresi perlawanan anak muda. Namun, suasana berangsur memanas. Sejumlah massa melakukan vandalisme di Pos Polisi Weru. Konvoi kemudian bergerak ke arah Polres Sumber, melempari kaca kantor polisi hingga pecah. Pos pengamanan polisi tak jauh dari mapolresta pun ikut dirusak.

Di depan Mapolresta Cirebon, situasi semakin mencekam. Massa yang makin beringas dipukul mundur aparat dengan tembakan gas air mata. Tidak berhenti di situ, rombongan massa melanjutkan aksi ke Gedung DPRD Kabupaten Cirebon. Gedung dewan menjadi sasaran berikutnya. Massa melempari, membakar, hingga menjarah berbagai fasilitas. Televisi, dispenser, komputer, bahkan peralatan berbahan besi digondol.

Asap hitam pekat mengepul dari dalam gedung, menambah suasana mencekam. Tak hanya kantor dewan, taman Pataraksa di depan gedung juga dirusak.

Menjelang sore, sekitar pukul 14.00 WIB, massa mulai membubarkan diri. Namun banyak yang terlihat membawa barang hasil jarahan. Sebagian lainnya bergeser ke arah Kota Cirebon, membuat situasi semakin rawan meluas.(Tim)

Pointer
-Hari Kejadian: Sabtu, 30 Agustus 2025, gelombang unjuk rasa di Kabupaten dan Kota Cirebon berujung anarkis.
-Sasaran Massa: Gedung DPRD Kabupaten dan Kota Cirebon dirusak, dibakar, serta dijarah.

-Peristiwa di DPRD Kabupaten:
Massa menjebol pagar, membakar ruangan, menjarah perangkat elektronik dan fasilitas kantor.
-Sepeda motor petugas keamanan dan pos penjagaan ikut dibakar. -Dampak serius: hilangnya seluruh arsip digital DPRD karena tidak ada sistem back-up data.

-Kesaksian Warga: Udin (45) menilai aksi lebih mirip penjarahan ketimbang demo.
-Reaksi Pemerintah Daerah:

Sekretaris DPRD, Asep Pamungkas, mengakui perangkat kerja lumpuh total.
-Bupati Cirebon, H. Imron, menyesalkan aksi anarkis, menilai roda pemerintahan bisa terganggu.
-Pandangan Aparat:
Dandim 0620/Kabupaten Cirebon, Letkol M. Yusron, menyebut aksi tidak spontan, ada pihak yang menunggangi (ditemukan bom molotov, bensin, mesin pemotong besi).

-Peristiwa di DPRD Kota:
Massa (didominasi pelajar STM) merusak gedung, melempari kaca, menghancurkan ruang rapat paripurna, menjarah beberapa fasilitas.
-Aparat kepolisian dan Brimob menembakkan gas air mata; kericuhan berlangsung hingga malam.

-Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, sempat dilempari massa saat turun menemui mereka, lalu dievakuasi.

-Dialog:
Situasi baru kondusif setelah pukul 19.00 WIB.
Perwakilan massa akhirnya mau berdialog dengan Wali Kota dan Danrem 063/Sunan Gunung Jati di Balai Kota.
-Tuntutan: membebaskan rekan mereka yang ditahan.

-Pesan Damai:
Danrem Hista Soleh menekankan pentingnya mencegah kerusuhan dengan dialog.
-Pasca Kerusuhan: Pemda dan aparat fokus pada pemulihan. Masyarakat berharap kejadian jadi momentum refleksi: aspirasi boleh disampaikan, tetapi kondusivitas harus dijaga bersama.
Klarifikasi Cipayung Plus: Menegaskan aksi mereka tertib dan damai. Mereka menuduing ada pihak penyusup yang memicu kericuhan dan merusak citra gerakan.
-Pesan Mahasiswa: Aksi murni demi rakyat, bukan kepentingan politik; mengajak masyarakat jaga persatuan dan hindari provokasi.

Related Articles

Back to top button