Dari NIB Gratis hingga Pasar Eropa, NGG Siapkan Jalan UMKM Naik Kelas
Kacenews.id-CIREBON-PEGIAT ekonomi yang juga Pembina Nusantara Gilang Gemilang (NGG) Coach Dr. Imam Muhajirin El Fahmi menilai tantangan terbesar UMKM adalah keberlangsungan usaha.
Menurutnya, dari sekitar 61 juta pelaku usaha kecil di Indonesia, 60 juta di antaranya termasuk kategori ultra mikro yang sangat rentan.
“Seperti ikan kecil, kalau tidak dilindungi, mudah sekali mati. NGG hadir untuk memberikan advokasi, pendampingan, hingga mentoring agar UMKM tidak sekadar lahir, tapi juga bertahan dan tumbuh berkembang,” ujar Fahmi.
Nusantara Gilang Gemilang (NGG) hadir sebagai wadah bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk bertumbuh, berjejaring, dan meningkatkan daya saing.
Hal itu disampaikan Coach Dr. Imam Muhajirin El Fahmi yang juga Pembina NGG, dalam wawancara khusus dengan media menjelang pelaksanaan acara pendampingan UMKM di Kuningan, Sabtu (23/8/2025).
Ia menyebut ada lima kunci yang menjadi fokus pendampingan NGG, yaitu growthability (kemampuan bertumbuh), market coverage (akses pasar lebih luas), profitability (usaha yang berlabah), sustainability (berlangsung dalam jangka panjang), dan competitiveness (daya saing). “Diputar bagaimanapun, kebutuhan UMKM ya ada di lima hal itu,” tegasnya.
Dalam kegiatan di Kuningan, NGG menyiapkan layanan pendaftaran NIB gratis, sertifikasi halal, hingga coaching clinic yang dikelompokkan sesuai bidang usaha, seperti kuliner, fesyen, makanan, maupun kerajinan. “Acara ini betul-betul dirancang sempurna untuk membantu UMKM bertumbuh,” tambahnya.
Fahmi juga menekankan pentingnya kualitas produk, terutama di tengah daya beli masyarakat yang menurun. Ia mendorong UMKM untuk tidak hanya bergantung pada pasar domestik, tetapi juga memanfaatkan peluang ekspor.
“Kami sudah bekerja sama dengan beberapa negara, termasuk Prancis yang memiliki Rumah Indonesia. Itu menjadi jembatan produk-produk kita masuk ke pasar internasional,” katanya.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa standar ekspor, terutama ke Eropa, Amerika, maupun Timur Tengah, sangat ketat. “Kalau tidak sungguh-sungguh menjaga kualitas, produk bisa ditolak bahkan dibuang. Karena itu edukasi kualitas produk menjadi konsentrasi NGG,” jelasnya.
Lebih lanjut, Fahmi menjelaskan bahwa akses modal bukanlah masalah utama, melainkan manajemen usaha. “Produk bagus, pasar bagus, modal itu tersedia. Ada KUR dan fasilitas perbankan dari pemerintah. Yang sering jadi persoalan adalah manajemennya buruk, sehingga gagal mengelola modal,” ujarnya.
NGG sendiri, kata Fahmi, memiliki jaringan lebih dari 6.000 pendamping di seluruh Indonesia. Selama lima tahun berdiri secara resmi, namun dengan pengalaman 15 tahun aktivitas, NGG telah mendampingi banyak usaha yang berhasil berkembang pesat.
“Ada merek fesyen yang dulunya hanya satu toko, kini sudah jadi ribuan outlet. Ada pula klinik kesehatan tradisional yang tumbuh signifikan. Jadi prinsipnya, NGG hadir untuk memastikan UMKM bertumbuh, berjejaring, dan berdaya saing,” pungkasnya.(Lif)





