Opini

Menggelorakan Semangat Kebangsaan di Perayaan Kemerdekaan

Menggelorakan, Semangat, Kebangsaan , Perayaan Kemerdekaan
Oleh: Asep Firmansyah
Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang

Setiap tanggal 17 Agustus, bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Di berbagai pelosok negeri, bendera Merah Putih dikibarkan serentak, lagu-lagu perjuangan dikumandangkan, dan aneka perlombaan digelar dengan semarak. Namun, makna Hari Kemerdekaan tidak hanya sebatas seremoni tahunan atau euforia sesaat. Lebih dari itu, peringatan ini adalah momentum penting untuk merefleksikan kembali nilai-nilai perjuangan, menumbuhkan rasa syukur, semangat nasionalisme, serta kesadaran akan pentingnya persatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kemerdekaan yang dinikmati hari ini bukanlah hadiah dari penjajah, melainkan buah dari perjuangan panjang dan berdarah para pahlawan bangsa. Mereka mengorbankan harta, tenaga, bahkan nyawa demi kemerdekaan Indonesia. Dalam catatan sejarah, masa penjajahan membawa penderitaan hebat bagi rakyat Indonesia. Rakyat dijadikan pekerja paksa, hak-hak mereka dirampas, dan hidup dalam kemiskinan serta ketakutan. Pendidikan sangat dibatasi, akses terhadap kebutuhan pokok sulit, bahkan upah kerja yang diterima nyaris tak layak. Para petani, buruh, dan kaum kecil hidup dalam kesengsaraan, sementara hasil bumi Indonesia dieksploitasi oleh pihak asing. Jika bangsa ini tidak pernah merdeka, bisa jadi kita masih hidup dalam kondisi yang sama: tidak bebas, tidak berpendidikan, dan tidak berdaulat. Dengan demikian, memperingati Hari Kemerdekaan adalah bentuk rasa syukur kita kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, atas karunia dan rahmat-Nya yang telah menganugerahkan kemerdekaan bagi bangsa ini. Rasa syukur itu selayaknya diwujudkan bukan hanya melalui perayaan seremonial semata, tetapi juga dalam kesadaran bersama untuk menjaga, mengisi, dan mempertahankan kemerdekaan dengan cara yang bermartabat. Saat ini kita dapat bersekolah setinggi yang kita cita-citakan, beribadah dengan aman dan nyaman, beraktivitas di luar rumah dengan leluasa, menikmati makanan sesuai selera, dan menyampaikan pendapat secara bebas—sebuah kondisi yang mustahil kita dapatkan jika masih berada di bawah penjajahan.
Selain itu, peringatan Hari Kemerdekaan juga membangkitkan semangat untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan. Dulu, para pahlawan rela mengorbankan dirinya demi kemerdekaan dan terbebas dari belenggu penjajahan. Kini, sebagai generasi penerus, kita memiliki kewajiban untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan tersebut. Tugas kita saat ini bukan lagi mengangkat senjata, melainkan berjuang melalui karya, prestasi, dan kontribusi nyata di berbagai bidang kehidupan. Perjuangan masa kini diwujudkan dengan mengasah kemampuan, memperdalam ilmu pengetahuan, mengembangkan teknologi, melestarikan budaya, serta menumbuhkan kepedulian sosial di tengah masyarakat. Kita dituntut untuk bekerja dengan penuh integritas, menjaga persatuan di tengah perbedaan, serta menanamkan nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi kemajuan bangsa. Apabila semangat perjuangan itu tertanam dalam jiwa setiap warga negara, maka kita tidak akan mudah tergoda untuk melakukan tindakan yang merugikan bangsa dan negara, seperti menyalahgunakan kekuasaan, merusak kepercayaan publik, menyebarkan kebencian yang memecah persatuan, mengacaukan keteraturan yang sudah berjalan dengan baik hasil kesepakatan bersama, mengambil keuntungan pribadi di tengah penderitaan rakyat, hingga mengorbankan masa depan bangsa demi ambisi yang hanya menguntungkan diri sendiri.
Realita saat ini menunjukkan bahwa tantangan bangsa masih besar. Meski telah merdeka 80 tahun, kita masih dihadapkan pada permasalahan mendesak seperti korupsi, kemiskinan, kesenjangan sosial, intoleransi, dan potensi disintegrasi. Selain itu, kualitas pendidikan dan tenaga kerja yang belum merata, kesehatan masyarakat, kerusakan lingkungan, kesenjangan digital, perlindungan anak dan kesetaraan gender, serta masalah moral dan etika menjadi tantangan yang membutuhkan perhatian serius. Tantangan-tantangan tersebut tidak mungkin diselesaikan oleh segelintir pihak saja, melainkan membutuhkan keterlibatan aktif seluruh elemen bangsa—mulai dari pemerintah, TNI dan Polri, dunia usaha, lembaga pendidikan, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan, media massa, komunitas lokal, hingga setiap individu. Pemerintah perlu menjalankan kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat dengan tata kelola yang transparan, akuntabel, dan bebas dari praktik korupsi. Dunia pendidikan tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik atau keterampilan teknis, melainkan juga membentuk manusia Indonesia yang berkarakter, berdaya pikir kritis, kreatif, peduli pada sesama, serta memiliki semangat kebangsaan. TNI dan Polri tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga keamanan, ketertiban, dan kedaulatan negara agar pembangunan berjalan stabil. Dunia usaha diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi yang adil, dengan menciptakan lapangan kerja, mendukung inovasi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tokoh agama berperan menanamkan nilai spiritual, etika, dan toleransi demi memperkuat kerukunan umat. Media massa memikul tanggung jawab menghadirkan informasi yang akurat, edukatif, dan konstruktif. Sementara itu, masyarakat sipil berperan sebagai pengawas sosial sekaligus agen perubahan, yang mengawal jalannya kebijakan publik, mengingatkan ketika terjadi penyimpangan, serta mendorong lahirnya inisiatif-inisiatif positif agar seluruh elemen bangsa bergerak searah menuju kehidupan yang adil, inklusif, dan berdaya saing. Dengan kesadaran kolektif, kerja keras, dan sinergi yang kuat, tantangan besar yang dihadapi bangsa dapat diatasi sehingga diharapkan terwujud kehidupan yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat bagi seluruh rakyat.
Dengan demikian, di tengah berbagai tantangan besar yang masih menghadang, peringatan Hari Kemerdekaan harus menjadi pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Kemerdekaan yang kita rayakan setiap tahun hendaknya menjadi sumber inspirasi untuk terus melangkah maju sebagai bangsa yang berdaulat, adil, dan bermartabat. Estafet perjuangan kini berada di tangan kita semua, generasi penerus, untuk menjaga persatuan, menegakkan keadilan, dan menghadirkan karya terbaik bagi tanah air. Kita memohon kepada Allah Swt., Tuhan Yang Maha Kuasa, agar para pemimpin bangsa dianugerahi kebijaksanaan, kejujuran, dan keberanian dalam mengemban amanah rakyat. Semoga para pahlawan yang telah gugur ditempatkan pada derajat yang mulia di sisi-Nya, segala pengorbanan mereka dibalas dengan pahala yang agung, dan bangsa Indonesia senantiasa dikaruniai kekuatan untuk mengisi kemerdekaan dengan amal saleh, pengabdian tulus, serta prestasi gemilang demi terwujudnya Indonesia yang maju, sejahtera, dan bermartabat sepanjang masa.***

Related Articles

Back to top button