Nasional

Partisipasi Masyarakat Kunci Sukses Pengendalian Banjir Cipunagara

kacenews.id-SUBANG-Kurangnya pelibatan masyarakat sejak awal menjadi penyebab sejumlah warga Desa Rancahilir, Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang, sempat menolak kegiatan pengeboran yang dilakukan di wilayah mereka. Padahal, pengeboran itu merupakan bagian dari rencana pembangunan tanggul banjir Sungai Cipunagara untuk melindungi warga dari banjir besar seperti pada 2021.

Tokoh masyarakat setempat mengungkapkan, warga kaget dan khawatir karena tidak mendapat penjelasan mengenai tujuan kegiatan tersebut.

Pengamat pengembangan masyarakat, Ari Hariadi Soelaeman, menegaskan partisipasi warga perlu dilakukan secara sadar, terencana, dan terukur sejak tahap perencanaan hingga pengendalian program. Ia mencontohkan, membuka peta kepemilikan lahan bersama warga merupakan bentuk pelibatan efektif yang dapat membangun rasa memiliki.

“Dengan memahami maksud pemerintah, warga terdorong untuk berpartisipasi. Rasa memiliki itu akan memudahkan pemerintah di tahap operasi dan pemeliharaan,” ujarnya.

Ari menilai, sejumlah proyek berhasil karena melibatkan warga sejak awal, seperti pembangunan MCK pasca-tsunami di Pangandaran, pengembangan Daerah Irigasi Cikawung di Indramayu, serta pembangunan tanggul Sungai Cipunagara di Subang yang mengajak warga berdialog sejak Pertemuan Konsultasi Masyarakat tahap awal.

Proses pelibatan itu mencakup survei sosial-ekonomi, inventarisasi aset, dan konfirmasi data sebelum pemberian kompensasi lahan. Langkah tersebut diharapkan membuat proses lebih transparan dan meminimalkan konflik.

Selain pembangunan tanggul, pemerintah juga menyiapkan sistem peringatan dini banjir di DAS Cipunagara. Konsultan asal Korea Selatan, Mr. Kim, yang bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, menjelaskan sistem ini menggunakan aplikasi Flood Forecast and Warning System (FFWS) untuk memberikan peringatan banjir cepat kepada pemerintah daerah dan masyarakat.

Sistem akan dilengkapi dua pos curah hujan, tujuh pos pengukur muka air, dan pos peringatan banjir. Selain itu, akan dibangun tiga kolam retensi untuk menampung air hujan sementara, mencegah banjir, mengurangi erosi, dan meningkatkan kualitas air sungai.

Pejabat Pembuat Komitmen BBWS Citarum, Sari Kurniawati, menyebut kegiatan Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP) strategis untuk pengendalian banjir. Tim LARAP mengidentifikasi aset terdampak, seperti lahan, bangunan, tanaman, dan aset bernilai lainnya.

Ia menegaskan, BBWS akan menanggapi aspirasi masyarakat sesuai aturan pemerintah. Penanganan banjir, kata Sari, harus dilakukan dari hulu ke hilir dengan kerja sama sinergis antara pemerintah dan warga.(Lif)

Related Articles

Back to top button