CirebonRaya

Bupati Imron Pastikan Komplek Makam Sunan Gunung Jati Cirebon Sepi dari Pengemis dan Nyaman Bagi Para Peziarah

kacenews.id-CIREBON-Bupati Cirebon, H. Imron dn jajaran bersama Forkopimda Kabupaten Cirebon, serta Polres Cirebon Kota meninjau komplek Makam Sunan Gunung Jati Cirebon. Mereka ingin memastikan kondisi komplek makam tetap aman dan nyaman untuk dikunjungi para peziarah. Imron dan rombongan tidak hanya meninjau komplek makam, namun juga sengaja berbincang dengan para pedagang yang berada di kawasan komplek makam. Saat rombongan datang, kondisi komplek makam terlihat sepi dari pengemis yang meminta uang dengan paksa kepada para peziarah.

Bupati Cirebon, H. Imron mengatakan, sebelumnya, banyak sekali masukan dan keluhan dari masyarakat mengenai tidak nyamanya komplek Makam Sunan Gunung Jati berziarah. Hal itu dikarenakan banyaknya peziarah yang diminta sodakoh dengan cara dipaksa. Imron menegaskan, Pemerintah Kabupaten Cirebon akan menertibkan kondisi tersebut agar aman dan nyaman bagi peziarah yang berkunjung.

“Kami banyak masukan kurang kondusif, minta sodakoh dengan memaksa saat ada pengunjung yang melakukan ziarah. Kami datang kesini, memastikan ingin menertibkan supaya rapih, aman dan nyaman,” kata Imron.

Imron berharap dengan kondisi yang saat ini sudah tertib, para peziarah tenang saat melakukan ziarah dan pada akhirnya bisa menumbuhkan ekonomi di wilayah ini. Menurutnya, tidak hanya peziarah yang terganggu dengan adanya pengemis yang memaksa meminta sodakoh, namun para pedagang di sekitar komplek makam juga tidak nyaman dengan adanya para pengemis dan juga pengamen.

“Pedagang juga tadi setuju ini ditindak. Karena ada juga pengamen yang membuat pengunjung tidak nyaman sehingga tidak sempat berbelanja di sekitar makam,” ujarnya.

Imron juga mengatakan, banyak juga pengemis yang ternyata berdomisili di luar wilayah Kecamatan Gunung Jati. Bahkan, Imron mendapatkan informasi bahwa pengemis yang sering meminta sodakoh tidak berpuasa saat bulan ramadhan. Imron mengatakan, Pemerintah Kabupaten Cirebon akan melakukan pembinaan kepada masyarakat, serta melakukan koordinasi dengan para Sultan.

“Pengemis banyak juga orang luar sini, saya dapat informasi juga saat bulan puasa itu banyak yang tidak puasa. Para pedagang disini mendukung, karena banyak juga pengunjung yang terganggu dengan kondisi ini sehingga tidak sempat berbelanja,” imbuhnya.

Sementara itu, Kapolres Cirebon Kota, AKBP Eko Iskandar menjelaskan, kegiatan pada sore hari ini bersama Forkopimda bukan kegiatan yang ujug- ujung atau secara tiba- tiba. Eko Iskandar menegaskan, pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi, termasuk dengan Keraton Kanoman. Eko Iskandar menilai, kegiatan ini banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak. Eko Iskandar juga mengatakan, pihaknya sudah melakukan beberapa tahapan.

“Pertama, tahapan jangka pendek kawasan ini dijaga oleh TNI, Polri dan Satpol PP untuk menertibkan yang meminta sodakoh denhan memaksa,” kata Eko Iskandar.

Eko Iskandar juga mengatakan, pihaknya akan berkomitmen secara kontinyu untuk melakukan kegiatan penertiban ini.

“Hasilnya kan bisa dilihat sesuai denhan harapan. Kita juga berkomitmen secara kontinyu melakukan penjagaan. Yang jelas, kita melakukan secara bertahap, ini tujuannya untuk kebaikan bersama,” imbuhnya.

Sementara Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Abraham Mohamad, menyebut, makam Sunan Gunung Jati merupakan wilayah otoritas keraton, sehingga pemda tidak bisa serta-merta mengambil tindakan langsung.

“Ini persoalan klasik. Tapi substansi masalahnya ada pada otoritas keraton. Kalau mereka tidak membuka ruang kolaborasi, pemerintah daerah tidak bisa masuk terlalu jauh,” ujar Abraham, saat ditemui di lokasi, Rabu (7/8/2025).

Abraham juga menyoroti keberadaan kotak-kotak amal yang dikelola secara tidak transparan. Menurutnya, praktik pengelolaan kotak amal yang terkesan “bebas” justru lebih meresahkan daripada pengemis itu sendiri.

Ia bahkan menyebut, dari sembilan situs ziarah wali yang ada, Makam Sunan Gunung Jati adalah yang paling parah dalam hal praktik transaksional.

“Saya malu. Ini ziarah wali dengan transaksi paling parah. PAD dari sini pun tidak ada yang masuk ke kami. Padahal seharusnya, ini bisa jadi potensi besar wisata religi,” ungkapnya.

Ia menduga ada oknum yang bermain dalam pengelolaan kotak-kotak tersebut. “Kasihan peziarah. Jangan sampai, semua serba transaksional, bahkan saat ingin berdoa pun harus melalui kotak,” ucap Abraham, miris.

Baik Sulama maupun Abraham sama-sama menegaskan pentingnya dialog terbuka dan sinergi lintas lembaga, terutama melibatkan Keraton Kanoman, aparat penegak hukum, dan pemerintah daerah.

Tanpa itu, penertiban akan terus jadi siklus tahunan yang tidak pernah benar-benar menyentuh akar masalah.(Mail/Fan/Cimot)

Related Articles

Back to top button