Kualitas Padi Rusak Petani Terancam Rugi

kacenews.id-CIREBON-Musim tanam (MT) I tahun 2025 di Desa Jagapura Lor Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon, memunculkan konflik baru di kalangan petani. Bukan hanya soal penurunan produktivitas padi, tapi juga fenomena aneh yang membuat mereka kebingungan dan mempertanyakan dukungan pemerintah.
Produktivitas padi di desa tersebut turun rata-rata menjadi 3,5 ton per bahu atau 5,7 ton per hektare. Padahal, tahun lalu hasil panen mencapai 5 hingga 5,5 ton per bahu atau 7,1 hingga 7,8 ton per hektare.
“Kami sudah bertani lebih dari 20 tahun, tapi baru kali ini melihat padi yang seminggu sebelum panen kembali tegak padahal biasanya makin merunduk. Tanah juga terasa hangat, seolah ada sesuatu yang berubah,” ungkap salah satu petani yang enggan disebutkan namanya, Senin (4/8/2025).
Fenomena itu membuat petani panen lebih cepat dari jadwal. Namun, hasilnya justru tak maksimal karena gabah tidak berisi penuh.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, Deni Nurcahya mengakui keanehan ini berdasarkan laporan dari Ketua Kelompok Tani (Poktan) Dewi Sinta, H Muzammil.
“Petani mengaku baru kali ini melihat kejadian seperti ini. Tanaman sehat, tapi gabah tidak padat,” kata Deni.
Meski tidak terjadi gagal panen (puso), Deni menyebut penurunan paling drastis mencapai 2 ton per bahu atau sekitar 2,85 ton per hektare di sebagian kecil area sawah.
Di tengah penurunan hasil, harga gabah yang tinggi menjadi penyelamat petani. Gabah Kering Giling (GKG) dijual Rp8.300/kg dan Gabah Kering Panen (GKP) Rp7.100/kg.
Namun, masalah lain muncul, yakni minimnya sarana pasca panen. Hidayatullah, perwakilan Poktan Dewi Sri, mengeluhkan antrean panjang penggunaan mesin combine harvester.
“Kami harus antre lama. Sementara padi yang sudah waktunya panen malah jadi rusak kalau terlambat,” keluhnya.
Petani kini mendesak pemerintah segera turun tangan, baik dengan penelitian terkait fenomena aneh tersebut maupun penyediaan sarana pasca panen. “Kalau ini dibiarkan, musim tanam berikutnya bisa lebih parah,” kata salah satu petani.
Dinas Pertanian berjanji akan menindaklanjuti laporan tersebut, namun belum ada kepastian langkah konkret yang akan diambil.(Mail)