Jengkol Sempat Hilang di Pasaran, Kini Harganya Melejit

kacenews.id-MAJALENGKA-Jengkol yang sempat hilang di pasaran karena tidak adanya pasokan dan harganya mahal, kini tersedia mencapai Rp 100.000 per kg. Harga di tingkat distributor Rp 70.000 per kg.
Menurut keterangan salah seorang pedagang sayuran di Pasar Tradisional Sindangkasih, Kabupaten Majalengka, Lilis, jengkol mulai tersedia sejak seminggu terakhir. Namun harganya belum tirun sejak terjadi kenaikan beberapa pekan lalu.
“Barangnya juga hanya satu jenis, jengkol tua. Jengkol mudanya tidak tersedia. Tidak terlalu tua, karena mungkin dikejar kebutuhan pasar,” ungkap Lilis yang mengaku hanya menyediakan barang dagangan sebanyak 15 sampai 10 kilogram saja karena khawatir kurang laku terjual akibat harganya mahal.
“Menyediakan jengkol karena banyak yang nanya, tapi ya yang beli paling banyak seperempat kilogram malah ada yang hanya satu ons,” ungkap Lilis.
Novira salah seorang konsumen yang membeli seperempat kilogram menyebutkan, membeli jengkol karena mengobati kerinduan. Sudah lebih sebulan tidak makan jengkol, sementara semua anggota keluarganya penikmat jengkol goreng dan semur jengkol.
“Sudah lama langka sekarang baru beli karena baru tahu tersedia lagi di pasar,” katanya.
Sementara itu, salah satu grosir jengkol, Sofyan mengatakan, jengkol mulai tersedia lagi sejak 10 hari terakhir. Hanya dia mengakui, harganya masih cukup mahal karena pasokan yang masih kurang dari petani di wilayah Sumatera.
Dia sendiri mengaku memperoleh barang dagangan dari Pasar Induk Cibitung karena jika terus menunggu kiriman belum tentu datang.
“Ini baru pagi tadi datang, ini juga tidak banyak, hanya berapa kwintal saja mengambil dari Pasar Cibitung,” ungkap Sofyan yang cukup lama menutup kios jengkolnya karena tidak tersedia barang.
Petani jengkol
Menurut Sopfyan, selama ini dia mendapat pasokan jengkol dari Lampung dan Kalimantan, sedangkan jengkol lokal nyaris tidak pernah ada. Kalaupun ada, hanya sedikit sekali dari wilayah Rajagaluh dan tentu tidak memenuhi kebutuhan pasar.
Petani di wilayah Majalengka sendiri jarang yang menanam jengkol, ada yang menanam hanya untuk konsumsi sendiri tidak seperti di wilayah lain yang produksinya bisa dijual.
“Di Lampung banyak warga transmigran dari Majalengka yang berkebun jengkol, bibitnya dulu dari Rajagaluh, sekarang hasilnya kembali ke Majalengka, sementara orang Majalengka yang dulu biasa mengirim bibit buah–buahan malah tidak ada kebun jengkol,” katannya.(Tat)