Ragam

Meredam Konflik Menjaga Prestasi

KISRUH internal yang terjadi di tubuh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Cirebon memasuki babak baru. Desakan mundur terhadap Ketua KONI, Sutardi Raharja, yang disertai pengunduran diri sejumlah pengurus, telah menjadi konsumsi publik.

Namun di balik sorotan ini, yang paling layak mendapat perhatian justru nasib para atlet yang kini bersiap menghadapi Babak Kualifikasi (BK) Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Jawa Barat.
Tidak dapat dimungkiri, dinamika organisasi adalah hal yang wajar dalam setiap lembaga. Perbedaan pandangan, gaya kepemimpinan, hingga persoalan transparansi anggaran, bisa memicu ketegangan. Namun, menyikapi situasi dengan kepala dingin dan mengedepankan kepentingan bersama adalah jalan yang seharusnya diambil—bukan pertentangan terbuka yang justru merugikan pihak lain.

Ketua KONI mengklaim telah menyelesaikan persoalan keuangan dan siap mundur jika diminta secara resmi oleh kepala daerah. Di sisi lain, sejumlah pengurus menyuarakan ketidakpuasan atas gaya kepemimpinan dan transparansi manajemen.

Di tengah silang pendapat tersebut, kepastian pencairan dana hibah sebesar Rp4 miliar menjadi taruhan besar yang langsung berdampak pada kelancaran persiapan atlet.

Di sinilah seharusnya kedewasaan organisasi diuji. Kepentingan atlet dan nama baik daerah mesti menjadi prioritas utama. Proses regenerasi atau evaluasi kepemimpinan KONI, jika memang dibutuhkan, harus dilakukan secara konstitusional sesuai AD/ART, bukan dengan manuver yang kontraproduktif. Jangan sampai pembinaan olahraga lokal terjerumus dalam pusaran konflik yang bersifat personal.
Pemerintah Kabupaten Cirebon, sebagai pemegang otoritas anggaran dan pembina keolahragaan, diharapkan tidak tinggal diam. Perlu segera difasilitasi ruang mediasi terbuka yang menghadirkan semua pihak dengan semangat mencari solusi, bukan memperkuat posisi.

Kita perlu ingat, Porprov bukan semata ajang kompetisi, tetapi juga cerminan dari bagaimana sebuah daerah membina, mendukung, dan menghargai perjuangan atletnya. Sudah saatnya energi dan perhatian dialihkan dari konflik ke pembenahan. Demi masa depan olahraga Cirebon, polemik ini harus segera diakhiri dengan kepala dingin dan hati terbuka.
***

Related Articles

Back to top button