Lebih Menguntungkan, Puluhan Petani Desa Sampiran Pilih Metode Semi Organik

kacenews.id-CIREBON– Para petani di Desa Sampiran, Kecamatan Talun kini bisa tersenyum lebar. Pasalnya hasil panen kali ini cukup memuaskan setelah menggunakan metode pertanian padi yang dikembangkan Usman Effendi, seorang petani penemu padi varietas baru di Kabupaten Cirebon.
Mereka tertarik untuk ikut menerapkan metode pemeliharaan tanaman padi semi organic, setelah sejumlah petani setempat sukses menerapkannya hingga menghasilkan panen yang melimpah.
Salah satu petani Desa Sampiran yang telah merasakan hasil dari penerapan metode tersebut, Makin (49 tahun). Ia mengaku ada peningkatan hasil panen yang signifikan usai menggunakan metode dari Usman Effendi. Setelah puluhan tahun menjadi petani padi, baru kali ini ia merasakan hasil panen yang melimpah.
Makin mengungkapkan, hasil panen untuk luas lahan garapannya seluas satu bau, bisa mencapai 5,1 ton. Jika dibandingkan dengan sebelum menggunakan metode pemeliharaan semi organik yang hasilnya hanya 3,5 ton, ada selisih 1,6 ton per bau.
“Biasanya kalau panen dapatnya 3,5 ton per bau (7000 meter), itu sudah paling bagus. Tapi sekarang bisa sampai 5,1 ton, padahal lahan di sini jauh dari sistem irigasi, airnya kurang memadai,” katanya.
Menurutnya, metode semi organik ini sangat membantu dirinya dalam bertani padi. Dengan menggunakan metode tersebut, biaya pemeliharaan menjadi jauh lebih irit, dan hasil panen sangat maksimal. Hal itu yang membuat puluhan petani lainnya sangat antusiasme ingin ikut menerapkannya.
“Kalau dulu kan kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 5 juta, dari pemupukan sampai panen, itu di luar biaya tanam, bajak, dan lainnya. Tapi sekarang hanya Rp 1,6 juta, untuk kebutuhan yang sama. Jadi, biaya irit tapi hasilnya banyak, makanya banyak teman saya yang ingin ikut,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Makin, dengan metode ini, masa panen menjadi lebih cepat dengan bulir yang bagus dan warna kuning bulir merata. “Tanaman padi di lahan sewa yang berlokasi di Blok Sumberan, Desa Cirebongirang ini, sudah bisa dipanen di usia padi 80 hari bisanya 90 hari, jadi lebih cepat 10 hari,” katanya.
Usman Effendi mengemukakan, proses pemeliharaan tanaman padi dengan hasil maksimal ini tetap menggunakan pupuk urea dan ponska. Namun dosis pemakaian kedua jenis pupuk kimia tersebut sangat minim dan dibatasi sesuai kebutuhan.
Menurutnya, pupuk organik, termasuk obat organik untuk penyemprotan, mulai digunakan setelah pengaplikasian pupuk kimia selesai dilakukan.
Hebatnya lagi, lanjut Usman, pupuk organik yang digunakan ini merupakan hasil racikannya sendiri. Termasuk insektisida untuk mengusir penyakit sundep. “Jadi ini masih semi organik,” ujarnya.
Ia menyampaikan, penyakit sundep merupakan salah satu penyakit pada tanaman padi yang ditakuti petani. Ketika padi diserang sundep akan muncul bercak daun dan daun menguning, mengering lalu mati. “Kalau sudah kena sundep, berarti harus diobati lagi. Berarti kan biayanya dobel, tapi hasil panennya justru turun, tetapi ketika pake racikan saya penyakit sundep bisa teratasi dan bulir padi bisa menguning bersamaan,” tuturnya.(Junaedi)