Hidupkan Nilai-Nilai Luhur Cerita Rakyat, Tim Periset UIN Siber Cirebon Gelar FGD Inovasi Buku AR Bilingual untuk Gen Alpha

kacenews.id-CIREBON-Tim Periset UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC), yang juga dikenal dengan Cyber Islamic University (CIU), menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Eksplorasi Kebutuhan dan Tantangan Pengembangan Inovasi Buku Cerita Bergambar Bilingual Berbasis Augmented Reality untuk Generasi Alpha”.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur cerita rakyat melalui pendekatan teknologi mutakhir.
FGD yang merupakan bagian dari program penelitian MoRA The AIR Funds ini secara resmi dibuka oleh Kepala Pusat Penelitian LP2M UIN SSC, Mujib Ubaidillah, dan dipimpin oleh H. Tamsik Udin sebagai ketua tim peneliti, didampingi dua anggota peneliti yaitu Nur Atikoh dan Ana Humardhiana.
Kemudian menghadirkan para narasumber lintas bidang yang memperkaya diskusi, di antaranya Made Casta (ahli budaya Cirebon), Nurhannah Widianti (ahli bahasa dan pendongeng anak), Heru Mudiyanto (pakar teknologi pendidikan).
Dalam paparannya, Made Casta menekankan pentingnya pemartabatan budaya melalui inovasi digital.
“Ini adalah momentum emas. Cerita rakyat yang dulu hanya disampaikan secara lisan, kini bisa hadir dalam bentuk Augmented Reality. Ini bukan sekadar revitalisasi, tapi pemartabatan budaya dan bahasa sebagai pembentuk kebudayaan lintas generasi,” katanya.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh para guru, akademisi, pegiat literasi anak, serta peserta dari berbagai daerah di Indonesia seperti Cirebon, Toli-Toli, Lombok, Lampung, dan Papua secara luring maupun daring. Diskusi berlangsung dinamis dengan menggali berbagai aspek kebutuhan, hambatan, hingga peluang pengembangan buku cerita bergambar bilingual berbasis AR yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan generasi Alpha, generasi digital yang tumbuh bersama teknologi.
Hasil FGD ini akan dijadikan sebagai landasan strategis dalam penyusunan dan pengembangan prototype buku cerita bergambar berbasis teknologi yang tak hanya berfungsi sebagai media literasi, namun juga sebagai sarana pelestarian budaya Nusantara dalam bentuk interaktif, menyenangkan, dan edukatif.
Tamsik Udin mengharapkan, proyek ini mampu menjembatani dunia anak dengan khazanah budaya lokal secara modern.
“Kami ingin generasi Alpha tidak hanya menjadi konsumen konten global, tetapi juga mencintai dan memahami cerita-cerita rakyat Nusantara melalui medium yang mereka akrabi, yakni teknologi,”tuturnya.(Fa)