CirebonRaya

Bukan Ladang Bancakan! Dana Scrap PLTU Cirebon Dipakai Bangun Desa

kacenews.id-CIREBON-DI balik tumpukan besi tua yang tampak tak berguna di kawasan PLTU Cirebon, ternyata tersimpan kisah tentang pembangunan, transparansi, dan harapan bagi desa-desa di Cirebon Timur.

Adalah Tasmi, seorang warga Desa Kanci, yang kini bisa melintasi jalan desa yang mulus tanpa khawatir tergelincir saat hujan. Jalan itu, menurut Kuwu Desa Kanci, Sunaryo, dibangun dari dana hasil lelang scrap, limbah material sisa overhaul dari PLTU yang bernilai ekonomi.
Namun, tak semua percaya bahwa aliran dana itu bersih dan digunakan sebagaimana mestinya. Oposisi Berontak Rakyat Cirebon Timur (OBOR Cirtim) sempat menyuarakan keraguan mereka, bahkan menyebutnya sebagai “ladang bancakan”.
Tuduhan yang langsung dibantah, tak hanya oleh pihak berwenang, tapi juga oleh para kuwu penerima manfaat.

“Semua proses dijalankan secara transparan. Dana masuk ke rekening desa, dan penggunaannya diputuskan lewat musyawarah desa,” ujar Sunaryo, mantap.

Menurutnya, lelang yang dipermasalahkan saat ini bukan dari Cirebon Power, melainkan milik Hyundai Engineering and Construction (HDEC), yang saat ini bersiap melelang limbah scrap miliknya di PLTU II. Dan seperti sebelumnya, hasilnya akan digunakan untuk membangun desa.
Kritik sempat memanas, namun Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni memastikan bahwa polemik itu telah selesai. Ia menegaskan telah dilakukan mediasi antara pihak Hyundai, desa, aparat keamanan, dan pemangku kepentingan lainnya.

“Masalahnya sudah selesai, sudah dirapatkan oleh Polres dan Kodim,” kata Sumarni, seraya mengajak masyarakat menjaga kondusivitas dan menyebarkan hal-hal positif tentang Kabupaten Cirebon.
Sunaryo pun menepis isu soal adanya dana yang masuk ke rekening pribadi. “Tidak ada rekening siluman. Semuanya tercatat dan kami punya laporan pertanggungjawaban,” tegasnya.

Tak hanya membangun jalan, dana scrap juga digunakan untuk mendukung kegiatan sosial dan keagamaan. Lembaga pendidikan dan keagamaan di Desa Kanci turut merasakan manfaatnya. “Dari proses lelang sampai dana cair, kami selalu diberi surat resmi. Lalu kami gelar Musdes untuk menentukan penggunaannya,” tutur Sunaryo.

Nada serupa datang dari Kuwu Desa Kanci Kulon, Subandi. Ia menegaskan bahwa pihaknya mengikuti aturan yang berlaku dan membuat laporan khusus terkait pemanfaatan dana tersebut. “Dananya digunakan untuk kegiatan pembangunan, sosial, dan lain-lain. Masyarakat bisa melihat buktinya sendiri,” kata Subandi.
Subandi juga memastikan bahwa untuk lelang scrap dari Hyundai nanti, desa-desa sudah menyepakati mekanisme bersama dan siap menjaga kondusivitas wilayah.

Dari sisi perusahaan, Humas Cirebon Power, Yuda Panjaitan menjelaskan, scrap itu sebenarnya adalah material bekas overhaul yang memang memiliki nilai ekonomis. Pihaknya, kata Yuda, tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari hasil penjualannya. “Penjualan scrap sepenuhnya untuk kesejahteraan masyarakat sekitar. Kami hanya memfasilitasi,” ujarnya.

Kini, besi-besi bekas yang dulu tampak tak berarti, justru menjadi tulang punggung pembangunan desa. Di tangan masyarakat dan pemerintah desa yang amanah, limbah pun bisa menjadi berkah.
(Lif)

Related Articles

Back to top button