Ayumajakuning

Target Ambisius Entaskan Kemiskinan Daerah, Bupati Dian Sebut Penurunan Sampai 8 Persenan

kacenews.id-KUNINGAN-Saat mendengar kata ‘kemiskinan’, kebanyakan warga langsung membayangkan kekurangan finansial. Namun, di Kabupaten Kuningan masalahnya jauh lebih dalam dan kompleks daripada sekadar dompet kosong.

Sedangkan Bupati Kuningan, H. Dian Rachmat Yanuar telah menetapkan target ambisius. Yakni, menurunkan angka kemiskinan dari 11,88% menjadi 8,26% dan pengangguran dari 7,78% menjadi 7,21% pada periode 2025-2029.

Namun untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan strategi yang lebih menyeluruh, bukan hanya fokus pada pemberian bantuan finansial. Kemiskinan di Kuningan adalah isu yang multifaceted, di mana faktor-faktor lain punya peran besar.

Ketua Fraksi PKS DPRD Kuningan, Saepuddin mengatakan, akar masalah kemiskinan di daerah ini berlapis-lapis, bukan hanya soal tidak punya uang.

Ini adalah hasil dari berbagai faktor yang saling terkait sehingga berdampak pada kesempatan dan kualitas hidup masyarakat.

Beberapa penyebab utamanya adalah rendahnya produktivitas masyarakat, akses pendidikan dan keterampilan yang terbatas, keterbatasan layanan dasar serta minimnya kesempatan kerja yang layak dan berkelanjutan.

Fraksi PKS Kuningan menekankan bahwa program penanggulangan kemiskinan tidak bisa hanya mengandalkan bantuan sosial sesaat. Bantuan memang penting untuk kebutuhan jangka pendek tetapi untuk solusi yang benar-benar berkelanjutan, program harus fokus pada pemberdayaan masyarakat.

Artinya, membantu warga miskin dengan mengembangkan potensi diri, memberikan alat dan pengetahuan agar mereka bisa mandiri. Sehingga akhirnya, melepaskan diri dari “jebakan kemiskinan struktural” yang selama ini menghimpit.

Sementara itu, pihaknya mengapresiasi beberapa program unggulan pemerintah dalam RPJMD, seperti GEMA Sadulur (Gerakan Membangun Desa Sadar Lingkungan dan Hukum), RUTILAHU (Rumah Tidak Layak Huni) dan Bursa Kerja.

Ini adalah inisiatif yang baik. Namun bagaimana caranya supaya program-program tersebut bisa lebih efektif dan tidak tumpang tindih.

Untuk itu, pihaknya mempertanyakan, apakah sudah ada satu data yang terintegrasi tentang warga miskin, bagaimana cara mengukur dampak nyata dari program-program tersebut, apakah program pengentasan kemiskinan juga disertai dengan peningkatan akses ke pendidikan kejuruan, pelatihan kerja yang relevan serta pendampingan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) yang berbasis di desa-desa.

“Kami mendorong pendekatan integratif dan berbasis keluarga dalam penanganan kemiskinan. Artinya, setiap rumah tangga miskin harus mendapatkan intervensi yang disesuaikan dengan kondisi spesifik mereka,” ucapnya.

Misalkan, keluarga dengan anak usia sekolah harus diprioritaskan untuk beasiswa dan akses pendidikan. Sementara itu, keluarga dengan anggota usia produktif harus didorong guna ikut pelatihan kerja, difasilitasi akses modal, dan dibantu pemasarannya.

Pendekatan personal ini bisa membuat program lebih efektif dan relevan. Berkaitan dengan penanganan pengangguran, Saepuddin mengatakan, upaya pengurangan pengangguran tidak cukup hanya dengan membuka lowongan kerja umum.

Tapi fokus juga diarahkan pada pembangunan ekosistem wirausaha muda, penguatan ekonomi digital dan ekonomi kreatif serta kemitraan strategis dengan sektor swasta dan dunia industri.(Ya)

Related Articles

Back to top button