Ragam

Krisis Pengelolaan Sampah

Sungai Pamengkang, yang seharusnya menjadi sumber kehidupan dan simbol kesejukan alam desa, kini berubah menjadi saluran limbah yang menyedihkan. Di bawah jembatan Desa Pamengkang, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, ribuan sampah rumah tangga menyumbat aliran air.

Tak hanya menciptakan pemandangan memprihatinkan, tetapi juga menandai betapa dalam krisis pengelolaan sampah dan budaya masyarakat telah merasuk ke desa-desa kita.

Persoalan ini bukan sekadar soal plastik dan botol yang mengambang di permukaan air. Ini adalah cermin dari kebuntuan sistemik. Pemerintah Desa Pamengkang tidak tinggal diam—sosialisasi dilakukan, TPS dibangun (dan diprotes), bahkan pendekatan personal dijalankan.

Related Articles

Namun semua itu kandas di hadapan dua tembok besar, keterbatasan infrastruktur dan lemahnya kesadaran kolektif warga.

Fenomena ini memperlihatkan betapa pengelolaan lingkungan bukan bisa diatasi hanya dengan imbauan dan baliho. Butuh strategi yang menyentuh akar budaya, mentalitas, serta dukungan nyata dari pemerintah di atasnya.

Pemdes tak bisa dibiarkan berjuang sendirian dalam arus deras masalah ini. Pemerintah kabupaten harus turun tangan, membangun sistem pengelolaan sampah yang terintegrasi, menyediakan TPS dengan standar ramah lingkungan, dan menjalankan edukasi jangka panjang.

Lebih dari itu, masyarakat sendiri mesti bercermin. Menjadikan sungai sebagai “solusi alami” adalah bentuk abai terhadap masa depan bersama. Ketika membuang sampah ke sungai dianggap biasa, itu bukan hanya tanda kurangnya pengetahuan, tapi juga runtuhnya tanggung jawab sosial.

Sungai yang kotor bukan hanya membawa bau dan penyakit, tapi juga menyuarakan jeritan diam tentang ketidakpedulian kita sendiri.

Kini waktunya bertanya, sampai kapan kita menutup mata?
Desa tak akan pernah bersih jika setiap warga menganggap menjaga lingkungan bukan tanggung jawabnya. Sudah saatnya, revolusi kesadaran dimulai, bukan hanya lewat pidato atau spanduk, tapi lewat aksi nyata di rumah, di jalan, dan di sungai.
Pamengkang hanya satu contoh. Tapi jika tidak segera ada perubahan menyeluruh, kisah ini akan menjadi kenyataan massal di banyak desa lain. Kita sedang dihadapkan bukan hanya pada tumpukan sampah, tapi pada titik kritis kegagalan sosial kita dalam menjaga bumi yang kita tinggali.***

Related Articles

Back to top button