Pesantren BIM Cetak Cetak Ratusan Penghapal Quran

kacenews.id-CIREBON-Tak banyak lembaga pendidikan mampu menorehkan prestasi spiritual dan akademik secara bersamaan dalam waktu yang sesingkat ini. Tapi Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon kembali membuktikan, keajaiban itu bisa ditanam dengan metode dan totalitas.
Dalam waktu hanya empat bulan, sebanyak 309 dari 822 santri berhasil menghafal 30 juz Al-Quran melalui program tahfidz intensif berbasis metode BimaQu yang dikembangkan langsung oleh pengasuh pesantren, KH. Imam Jazuli.
Prestasi ini bukan yang pertama, tetapi capaian tahun ini dinilai sebagai salah satu yang paling mencolok secara kuantitas maupun kualitas.
“Dari 822 santri, 309 berhasil hafal 30 juz, hampir 38 persen. Lainnya variatif, ada yang hafal 25, 20, 10, bahkan 5 juz,” ujar Kiai Imam Jazuli.
Mereka berasal dari dua lembaga yakni Pesantren Bina Insan Mulia 1 (BIM 1) dan Pesantren VIP Bina Insan Mulia 2 (BIM 2). Dari BIM 1, 156 santri menuntaskan 30 juz, sementara dari BIM 2, 153 santri sukses mengikuti jejaknya.
Capaian luar biasa itu dirayakan dalam Wisuda Tahfidz Akbar “Bimaku” yang digelar selama dua hari, Sabtu-Minggu (28–29/6/2025), di Saphire Ballroom, Aston Hotel & Convention Center, Kabupaten Cirebon. Sebanyak 2.100 lebih orang hadir yang terdiri dari santri, wali santri, dan guru, membuktikan bahwa menghafal Al-Quran bukan sekadar proses individual, tapi gerakan bersama.
Sebagai bentuk apresiasi nyata, Kiai Jazuli menghadiahkan Rp100 juta (USD 6.500) kepada para guru tahfidz yang dinilainya sebagai pejuang sunyi.
“Mereka kurang tidur, kurang istirahat, bahkan jarang bertemu keluarga demi menyimak setoran hafalan santri,” ungkap Kiai Imam Jazuli, disambut haru para wali santri.
Kesuksesan program ini tak lepas dari peran metode BimaQu, sebuah sistem pembelajaran tahfidz yang dirancang untuk efisien, aplikatif, dan bisa diakses oleh siapa pun. Yang lebih mencengangkan, program ini diselenggarakan secara gratis.
“Kalau di luar, menghafal Quran secara penuh bisa menghabiskan biaya sampai Rp20 juta, belum termasuk makan dan tempat tinggal. Di sini, kami gratiskan,” jelas Kiai Imam Jazuli.
Menurutnya, metode yang tepat lebih penting dari sekadar materi. “Banyak hal mudah yang jadi rumit karena metode yang salah. Maka saya ubah metodenya,” ungkap Kiai Imam
.Pesantren ini juga pernah dinobatkan oleh Provinsi Jawa Barat sebagai pesantren dengan jumlah penghafal Al-Quran terbanyak. Lulusan-lulusan tahfidz dari BIM kini tersebar di berbagai kampus dalam dan luar negeri, termasuk Timur Tengah.
Meski para santri belum sampai pada tahapan mutqin (hafalan yang benar-benar kuat), Kiai Jazuli menilai hafalan 30 juz adalah modal spiritual yang besar untuk masa depan.
“Mutqin itu hasil proses seumur hidup. Tapi hafalan saat ini adalah pijakan penting menuju studi yang lebih tinggi,” ujarnya.
Kepada para santri yang berhasil, Kiai Imam Jazuli juga mengingatkan, hafalan saja tidak cukup. “Al-Quran tidak boleh hanya sampai di tenggorokan. Harus dipahami dan diamalkan. Banyak orang hafal tapi tak memahami, bahkan menjadi radikal karena tak memahami konteks,” pesannya.
Yang menarik, ia juga menyemangati para santri yang belum mencapai 30 juz dengan kisah pribadinya. “Saya sendiri saat di Mesir hanya hafal 8 juz. Anak-anak saya juga tidak jadi hafidz di pesantren ini, tapi di tempat lain,” ungkapnya merendah.
Ia pun menutup dengan pesan penting kepada para wali santri. “Syukur itu harus dibuktikan, bukan hanya kepada Allah, tapi juga kepada manusia, kepada para guru, dan kepada perjuangan anak-anak,” katanya.
Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, lewat program tahfidznya, kembali membuktikan bahwa menghafal Al-Quran dalam waktu singkat bukan mimpi, melainkan hasil dari kombinasi visi, metode, dan kesungguhan kolektif. Di tengah dunia yang gaduh, suara lembut para penghafal Quran dari Cirebon ini adalah kabar gembira yang menenteramkan.(Mail)