Opini

Angka Empat yang Penuh Hikmah

Oleh : Drs. D. Rusyono, M.Si.
Mengajar pada UBHI Kuningan

Secara umum, orang bahkan anak-anak yang usia sekolah akan mengenal dengan angka termasuk salah satunya angka empat sudah familiar. Tetapi akan relatif sedikit orang paham akan makna dari angka-angka tersebut dalam hubungannya dengan ranah tertentu misalnya dalam hal kebaikan, sebut saja pada bidang ibadah keislaman dan bidang pendidikan, secara khusus yang akan dibahas adalah angka empat . Sebagai contoh dalam bidang keagamaan banyak yang diwarnai dengan angka empat, begitu pula dalam bidang pendidikan. Tetapi bukan berarti angka yang lain tidak bermakna, setiap angkapun akan memiliki makna, arti, kegunaan dan nilai masing-masing, hanya saja ada beberapa hal yang ditemukan dalam keseharian yang menyangkut angka empat, terutama yang sebagai numerik atau kandungan penomoran sampai dengan 4 (1,2,3,4). Jadi yang akan dibahas di sini adalah tentang hal ihwal peribadahan yang berkaitan dengan angka khususnya angka empat, dan penulis tidak bermaksud untuk mengkultuskannya, hanya saja mencermati angka empat yang sering ditemukan dalam peribadahan umat Islam, dan angka yang lainpun (0-9) Insyaa Allah semuanya akan mengandung makna/hikmah, seperti di antaranya 5 Rukun Islam, 6 Rukun Iman, 7 Sapta Pesona Wisata, 8 Fungsi Keluarga dan Asta Cipta Kabinet merah putih RI, 9 merupakan kesempurnaan, puncak prestasi dan pemenuhan harapan, dan juga menunjukkan Wali Songo.
Angka sendiri adalah sebuah simbol atau lambang bilangan yang digunakan untuk menyatakan jumlah/urutan suatu benda/konsep yang merujuk kepada tanda/bilangan , kedudukan dalam urutan seperti 1,2,3,4, kumpulan, ukuran seperti panjang dalam cm, meter, kilometer, berat dalam kg dan waktu misal pukul 14.00 dan sebagainyagka adalah simbol dasar yang digunakan dalam berbagai hal untuk mempresentasikan kuantitas, urutan, dan atau nilai seperti nilai uang dalam rupiah dan presentase (KBBI, 2023).
Arti angka sangat beragam tergantung pada konteks penggunaannya. Angka dalam bahasa Indonesia berarti nomor/bilangan, digunakan untuk menunjukkan kuantitas atau kualitas, angka juga bisa memiliki simbol atau makna khusus. Beberapa simbol dalam angka antara lain sebagai bilangan (0-9), sebagai bahasa gaul contoh 637 yang artinya always forever (selalu bersama), 224 today, tomorrow, forever (hari ini, besok dan selamanya), kemudian sebagai primbon yang dikenal dengan konsep neptu (nilai, numerik hari dan pasaran), kemudian numerologi yakni makna simbol dan pengaruhnya terhadap kehidupan seperti kepribadian, potensi dan jalan hidup. serta sebagai budaya seperti dalam hal angka keperuntungan. Tetapi karena dalam syariat Islam tidak dipakai primbon, karena hanya ada konsep bahwa manusia tiada daya dan upaya kecuali karena kehendak Allah SWT.
Dalam hal Peribadahan Islam, beberapa hal yang menyangkut angka empat diantaranya dikenal lewat firman Allah dalam QS. Quraisy terdiri dari empat ayat dengan meliputi arti 1.Karena kebiayaan orang-orang Quraisy, 2.Yaitu kebiasaan mereka bepergian dimusim dingin dan panas, 3.Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah), 4.Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan. Kemudian dalam Surat Al-Ikhlas, terdiri dari 1.Katakanlah (Muhammad) Dialah Allah Yang Maha Esa, 2.Allah tempat meminta segala sesuatu, 3.Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakan, 4.Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia. Dalam dzikir yang umum/paling standar juga ditandai dengan empat poin yaitu 1.Suhanallah (Maha Suci Allah), 2.Alhamdulillah (segala puji bagi Allah), 3.Allahuakbar (Allah Maha Besar) dan 4.Lailahailallah (Tiada Tuhan selain Allah). Begitu pula dalam perintah shalat, dari shalat lima waktu, maka dhuhur, ashar dan isya berrakaat empat. Lalu dalam perintah Allah yang lain sebagai tuntunan hidup hamba-Nya agar selamat dunia akhirat meliputi 1.Memakmurkan Masjid (QS. Attaubah : 18), 2.Membaca Qur’an dan mentadaburinya (QS. Faatir : 29 dan Al-Ankabut : 45), 3.Menjalin silaturahmi dan saling mendo’akan (QS. An-Nisa:1) 4.Bergaul dengan orang-orang shaleh (QS An-Nmal : 19 dan Yusuf : 101). Kemudian masih seputar perintah/ajakan dalam kebaikan yaitu Empat (4) Pesan Nabi Muhammad kepada Abu Dzar Al-Ghifari yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan ditulis dalam Kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi Albantani, disebutkan dalam empat hal sebagai berikut : Wahai Abu Dzar;
1.Perbaharuilah kapalmu karena laut itu dalam, (terkandung maksud bahwa perbaharuilah niat dalam beramal harus karena Allah, karena kehidupan dunia ini luas dan penuh tantangan), 2.Ambilah bekal yang cukup karena perjalanannya jauh (terkandung maksud bahwa kumpulkan amal kebajikan sebanyak-banyaknya untuk bekal pulang/tinggal di akhirat. 3.Ringankan beban bawaan karena lereng bukit sulit dilalui, (terkandung maksud jangan terlalu terikat dengan dunia karena akan menjadi beban di akhirat). 4.Ikhlaskan beramal karena Allah Maha Teliti (Maksudnya adalah segala amal perbuatan harus ikhlas karena Allah, dan Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu.
Kemudian di sisi lain angka empat yang tidak kalah bermaknanya/hikmahnya adalah dalam bidang pendidikan terutama dalam hal prestasi akademik, di mana angka empat sebagai simbol nilai yang cukup luar biasa yang ditulis dengan huruf A bahkan bisa juga A+ ketika semakin berprestasi lagi.
Begitu pula dalam Pembangunan Keluarga juga terdapat empat pilar yaitu 1.Keluarga tempat berkumpul (reunting), maksudnya kompak dan harmonis., 2.Keluarga tempat berinteraksi (interacting), saling berkomunikasi., 3.Keluarga tempat berbagi (carrying) maksudnya saling peduli, empaty, mengisi dan melengkapi. Dan 4.Keluarga tempat pemberdayaan (empowering), saling menguatkan dan bimbingan/pendampingan.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, tidak ada salahnya disampaikan pula beberapa momentum penting di bulan Juni, antara lain 1.Para pemimpin negeri di berbagai tingkatan, yang sedang hangat-hangatnya dan bersemangat menjalankan pemerintahan di awal-awal waktu terutama menyelesaikan prog. 100 hari kerja, 2.Momentum Idul Adha atau biasa juga disebut dengan Idul Qurban 10 Zulhijah 1446 atau 6 Juni 2025 yang lalu, yang didalamnya sarat dengan makna penteladanan untuk peduli dan berbagi (ibadah qurban), yang nyambung dengan hikmah ibadah haji, 3.Hari Keluarga Nasional ke 32 tanggal 29 Juni 2029, dimana merefleksi dan merepresentasikan kembali bahwa keluarga sebagai garda terdepan yang paling bertanggung jawab akan keselamatan seluruh anggota keluarganya dunia-akhirat, 4.Tahun Baru Hijriyah 1 Muharam 1447 H, atau bertepatan dengan 27 Juni 2025, yang juga sarat makna dan hikmah serta harapan agar bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga dapat memberikan hikmah/aura yang positif terhadap kehidupan kita.
Akhirnya setelah memperhatikan uraian di atas, sebagai penutup, terutama korelasinya dengan memasuki tahun 1447, kiranya tidaklah berlebihan apabila kita renungkan, hayati dan amalkan hal-hal di atas, dengan cara menjadikan semangat tahun baru 1447 ini sebagai media untuk berkontemplasi/koreksi diri, yang diikuti dengan Langkah sebagai berikut : 1.Lakukan dan luruskan niat, sandingkan dengan hati, hadirkan bahwa sesuatunya karena Allah dan disaksikan Allah. 2.Implementasikan dalam wawasan dan perilaku sehari-hari dengan baik dan benar sehingga dapat bermanfaat (habluminanas dan habluminallah, amar ma’ruf nahyi munkar dan fastabikul khairat), sehingga kita menjadi insan yang bermanfaat (khairunnas anfauhum linnas). 3.Evaluasi terus setiap langkah yang sudah dilakukan, terutama aspek kekurangan/kelemahan, 4.Tindaklanjuti lagi dengan karya nyata secara baik dan benar, dengan catatan tidak usah mempersoalkan hasil, karena hak Allah, dan Allah tidak pernah keliru dalam menilai hamba-Nya. Atau polanya dapat juga dengan cara mengadop salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Muslim berikut ini : 1.Untuk hal yang menyenangkan, maka hindarilah, 2.Untuk hal kebaikan, maka paksakanlah, 3.Hal-hal yang baik/berguna jadikanlah untuk mendidik diri, 4.Surga dan neraka jadiknlah pilihan diri.
Kemudian secara motivasi seseorang berada pada tiga fase kodrati (sunatullah) yaitu sifat untuk Tahu akan sesuatu, lalu Mampu untuk berbuat, tetapi terkadang pada aspek Mau yang tidak tahan terhadap godaan sehingga menjadi tidak mau/tanpa kemauan untuk berupaya, inginnya instan dan sebagainya.
Akhirnya, Selamat Datang 1447 H, Semoga dengan hikmah di atas, akan menambah kemantapan diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi sebagaimana yang diamanatkan oleh QS. Al-Ashr : 1-3. Selamat berjuang semoga sukses dan penuh berkah. Aamiin! ***

Related Articles

Related Articles

Back to top button