Ragam

Mayungi lan Nyumponi

PERINGATAN Hari Jadi ke-598 Kota Cirebon bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi refleksi yang dalam atas perjalanan sebuah kota yang kaya akan sejarah, budaya, dan spiritualitas.
Di bawah kepemimpinan Wali Kota Effendi Edo dan Wakil Wali Kota Siti Farida Rosmawati, momentum ini tidak hanya diisi dengan pidato dan upacara, tetapi disulap menjadi pernyataan arah pembangunan yang menyentuh akar nilai dan menjangkau masa depan.
Tema “Cirebon Mayungi lan Nyumponi” menjadi benang merah yang merangkum filosofi kepemimpinan baru: menaungi rakyat dan melayani sepenuh jiwa. Dalam konteks pemerintahan, ini adalah wujud konkret dari kehadiran negara di tengah masyarakat — pelindung yang sigap, pelayan yang tanggap.
Wali Kota menegaskan bahwa Cirebon adalah rumah bersama, tempat semua elemen masyarakat berbagi harapan, hidup dalam harmoni, dan bertumbuh dalam semangat kebersamaan. Gagasan ini tidak hanya indah secara retorika, tetapi juga nyata dalam kebijakan dan capaian.
Stabilitas ekonomi yang terjaga, transparansi anggaran yang diakui melalui opini WTP ke-9, komitmen terhadap lingkungan dan mitigasi banjir, peningkatan infrastruktur dasar hingga ketegasan terhadap tambang ilegal.
Semua itu dibingkai dalam visi “Cirebon Setara Berkelanjutan” — sejahtera, tertata, aspiratif, aman, dan berkelanjutan, sebagai prinsip arah pembangunan inklusif yang berpihak kepada semua, tanpa terkecuali.
Langkah strategis seperti pemberlakuan jam malam bagi pelajar, serta penataan kota berbasis karakter lokal, menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Cirebon tidak hanya menyusun rencana jangka panjang, tetapi juga menangani kebutuhan mendesak dan sosial secara progresif.
Dalam usia yang nyaris enam abad, Cirebon bukan lagi kota yang sekadar dibanggakan karena sejarahnya, tetapi kota yang sedang dan terus dibentuk oleh cita-cita kolektif warganya, kota yang hidup, dinamis, dan inklusif.
Kami memberi apresiasi tinggi terhadap semangat Wali Kota dan seluruh jajaran Pemkot Cirebon yang menjadikan Hari Jadi ini sebagai momentum meneguhkan komitmen dan memperluas pengabdian.
Ini adalah contoh bagaimana nilai tradisional bisa menjadi fondasi bagi arah pembangunan modern. Bahwa kearifan lokal bukan hal usang, melainkan kompas yang menuntun masa depan.
Dengan naungan nilai dan pelayanan sepenuh hati, mari kita bersama menjaga Cirebon agar tetap menjadi kota wali yang agung, kota budaya yang berkarakter, dan rumah harapan bagi generasi mendatang.***

Related Articles

Back to top button