Ragam

Analisis Dampak Lingkungan

TRAGEDI longsor yang terjadi di Galian C Gunung Kuda, Desa Cipanas Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon, kembali mengingatkan kita akan pentingnya sinergi, kecepatan respons, dan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam di tanah air.

Peristiwa memilukan ini telah merenggut 21 jiwa, melukai belasan lainnya, dan hingga saat ini, masih menyisakan duka karena empat korban belum ditemukan.

Kehadiran Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono bersama para pejabat daerah menunjukkan keseriusan negara dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap warganya yang terdampak.

Bantuan sebesar Rp384 juta, pendirian dapur umum, hingga perhatian terhadap keluarga korban yang belum memiliki jaminan sosial, menjadi bentuk nyata empati negara. Namun, di balik itu, tragedi ini seharusnya juga menjadi bahan evaluasi mendalam.

Masalah fundamental yang patut disorot adalah keberadaan dan pengelolaan Galian C di wilayah rawan longsor. Kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak disertai analisis dampak lingkungan secara menyeluruh bisa berujung petaka, seperti yang terjadi di Gunung Kuda.

Pemerintah daerah dan pusat harus mengevaluasi perizinan dan pengawasan terhadap kegiatan semacam ini. Peringatan dini, pengendalian aktivitas pertambangan, serta pembenahan regulasi adalah langkah wajib ke depan.

Sementara itu, respons cepat tim SAR gabungan, termasuk Unit K-9 dari Polda Jawa Barat, patut diapresiasi. Pengerahan anjing pelacak dan identifikasi titik korban tertimbun menunjukkan profesionalisme dan kesiapan teknis yang semakin baik.

Namun sayangnya, pencarian harus dihentikan sementara akibat longsor susulan, sebuah bukti bahwa medan bencana tak pernah bisa ditebak dan selalu mengandung risiko tinggi.
Penyelenggaraan doa bersama oleh tim gabungan bukan hanya menjadi simbol belasungkawa dan penghormatan terakhir, tetapi juga menunjukkan dimensi spiritual yang kerap hadir dalam tragedi kemanusiaan.

Ini sekaligus memperkuat solidaritas lintas institusi dalam menghadapi situasi krisis.

Kini, saatnya kita tidak hanya merespons, tetapi juga mencegah. Perlu ada pendekatan preventif yang lebih kuat dalam kebijakan lingkungan, pengelolaan sumber daya, dan sistem mitigasi bencana.

Tragedi Gunung Kuda harus menjadi titik balik untuk membangun sistem yang lebih tangguh dan berkeadilan, agar tidak ada lagi nyawa yang hilang sia-sia karena kelalaian struktural dan ekologis.
***

Related Articles

Back to top button