Ragam

Berantas Premanisme

LANGKAH tegas Polres Cirebon Kota dalam menggelar razia premanisme patut diapresiasi. Operasi yang berhasil mengamankan 24 pelaku, termasuk penjual tiket palsu dan pengedar obat-obatan terlarang, merupakan bukti nyata keseriusan aparat dalam menciptakan rasa aman di ruang publik—khususnya di titik-titik vital seperti Terminal Harjamukti.

Premanisme bukan sekadar persoalan kriminalitas jalanan. Ia adalah wujud nyata dari ketimpangan sosial yang terus-menerus dibiarkan. Keberadaan preman, yang kerap memaksa, mengintimidasi, hingga mengambil keuntungan dari situasi rawan, menjadi ancaman bagi masyarakat kecil.

Apalagi, jika praktik itu dibarengi dengan pemalsuan tiket dan pungutan liar, maka korban utamanya adalah mereka yang mencari penghidupan sehari-hari, seperti sopir, pedagang kaki lima, hingga penumpang umum.

Polisi menyita tiket palsu dan uang hasil pungli. Fakta ini menunjukkan bahwa praktik-praktik ilegal di ruang publik telah berlangsung cukup sistematis, bahkan mungkin terorganisir.

Oleh karena itu, penindakan seperti ini bukan hanya harus terus berlanjut, tetapi juga dibarengi dengan penelusuran akar masalahnya, siapa yang melindungi, siapa yang mendapatkan keuntungan, dan bagaimana mereka bisa bertahan selama ini?

Namun, pemberantasan premanisme tidak cukup hanya dengan operasi sapu bersih. Pendekatan preventif dan pembinaan jangka panjang harus menjadi strategi lanjutan. Para pelaku yang tidak terbukti melakukan pelanggaran pidana, tetapi terindikasi hidup dari praktik-praktik semu, harus diberikan jalan alternatif melalui pelatihan, pekerjaan, atau akses sosial yang memadai.

Karena jika tidak, operasi ini hanya akan menjadi rutinitas musiman tanpa perubahan signifikan.

Masyarakat juga memegang peran penting. Keberanian untuk melapor, sebagaimana diimbau oleh Kapolres, harus terus digaungkan.

Keamanan adalah hak publik, dan partisipasi warga menjadi kunci untuk menutup ruang gerak praktik-praktik premanisme.

Pemberantasan premanisme adalah tugas jangka panjang yang membutuhkan konsistensi, keterbukaan informasi, dan sinergi antar lembaga.

Keberhasilan Polres Cirebon Kota menjadi langkah awal yang patut dicontoh oleh wilayah lain. Harapannya, tindakan tegas ini bisa menjadi permulaan dari lahirnya ruang-ruang publik yang benar-benar bebas dari rasa takut.***

Back to top button