Kolam Ikan Rakyat

DI negeri penuh kreativitas seperti Indonesia, ternyata inovasi tak hanya lahir dari kampus-kampus bergengsi atau laboratorium teknologi tinggi. Kadang, inspirasi bisa muncul dari lubang jalanan.
Ya, lubang jalan di Desa Kaliwulu, Kabupaten Cirebon, telah bertransformasi menjadi venue olahraga air terbaru, kolam pemancingan rakyat.
Selama lima tahun lebih, jalan rusak itu tak sekadar menganga, ia menanti. Menanti perbaikan? Tentu tidak. Jalan itu menanti untuk dijadikan simbol. Simbol kesabaran, kegetiran, dan tentu saja, keceriaan warga yang memancing ikan sambil menanti janji-janji pembangunan yang datang seperti hujan—deras, tapi lewat begitu saja.
Aksi mancing di tengah jalan rusak bukan sekadar satire, itu karya seni. Seni instalasi sosial yang menggabungkan unsur performatif warga, infrastruktur bobrok, dan janji politik yang menguap seperti anggaran yang “katanya” sudah siap.
Bayangkan, dana Rp 1 miliar untuk peningkatan jalan sudah disiapkan, tapi lelangnya entah nyangkut di mana. Mungkin sedang menunggu hari baik menurut primbon birokrasi.
Warga jatuh dari motor, gerobak batagor terjungkal, ban motor meledak, dan bahkan mental warga mulai goyah. Tapi tak apa, selama lubang itu bisa berubah jadi kolam, selalu ada harapan baru, ikan lele, mujair, dan mungkin suatu hari, gurame.
Lucunya, perbaikan jalan dilakukan dari dua sisi—timur dan barat—namun bagian Kaliwulu justru “disisakan”. Mungkin ini bagian dari strategi pemerintah untuk menciptakan “jalan reflektif”. Maksudnya? Jalan yang mengajak pengendara merenung, bersabar, dan mempertanyakan makna hidup di atas motor yang goyang.
Ini spiritualitas dalam bentuk infrastruktur.
Tak lupa, kehadiran para pejabat yang berkali-kali datang ke GOR Kaliwulu juga patut diapresiasi. Mereka datang, melihat, tersenyum, dan pergi. Seolah lubang jalan hanya halusinasinya warga Kaliwulu yang terlalu sensitif terhadap penderitaan.
Maka dari itu, kepada pemerintah yang terhormat, jangan buru-buru memperbaiki jalan itu. Biarkan tetap seperti sekarang, agar anak cucu kita tahu, begini rupa sebuah janji yang tak ditepati.
Jalan itu kini lebih dari sekadar jalan. Ia adalah museum terbuka dari kemalasan struktural.
Dan bagi warga Kaliwulu, teruslah memancing. Bukan hanya ikan, tapi perhatian. Kalau perlu, adakan festival mancing tahunan. “Kaliwulu Fishing Open—Mancing di Tengah Aspal Nasional”. Undang influencer, pakai drone, viralkan lebih jauh. Siapa tahu, setelah viral, proyek jalan tak hanya masuk lelang tahap pertama, tapi benar-benar jalan. Benar-benar, jalan.
***