CirebonRaya

Banjir Satu Meter Landa Cirebon dan Majalengka, Setiap Hujan Turun Warga Dihantui Rasa Takut

kacenews.id-CIREBON-Banjir bandang melanda sejumlah wilayah Kabupaten Cirebon. Sementara di Kabupaten Majalengka dilaporkan, hujan deras selama tiga jam pada Jumat dan Sabtu mengakibatkan ribuan rumah di Kecamatan Kadipaten dan Dawuan terendam banjir hingga setinggi 1,5 meteran.
Informasi yang dihimpun Kabar Cirebon, Minggu, (18/5/2025), banjir bandang di Kabupaten Cirebon merendam ribuan rumah di Desa Mekarsari, Ciuyah dan Desa Gunungsari Kecamatan Waled, Desa Japurabakti Kecamatan Astanajapura, dan Desa Astanamukti Kecamatan Pangenan.
Banjir skala besar yang terjadi di desa tersebut hingga ketinggian kisaran satu meter dikarenakan meluapnya Sungai Ciberes. “Meski tak ada korban jiwa, namun menggangu aktivitas masyarakat,” tutur warga setempat, Ghozin saat dihubungi Kabar Cirebon.
Kuwu Desa Gunungsari Kecamatan Waled, Wendi, mengungkapkan, banjir bandang membuat warga panik dan berhamburan keluar rumah untuk menyematkan diri.
“Tadi malam, sekitar pukul 22.00 WIB air masuk ke pemukiman warga, karena meluapnya Sungai Ciberes,” ujarnya.

Normalisasi
Wendi memaparkan, banjir bandang menyisakan duka mendalam bagi masyarakat, karena harus berjibaku membersihkan material lumpur yang ada di rumah. “Untuk rumah yang terdampak banjir kisaran 590 unit dan ditaksir kerugian mencapai puluhan juta rupiah. Banjir berangsur surut kisaran pukul 14.00 WIB,” paparnya.
Dirinya mengharapkan, normalisasi Sungai Ciberes dengan pendalaman, bukan pelebaran dan lumpurnya jangan di pinggir sungai. “Saat musim penghujan bisa jadi 32 kali kebanjiran dan perlu solusi terbaik guna mencegah banjir,” pungkas Wendi.
Kepala Seksi Ketertiban dan Ketenteraman (Kasi Tribtram) Kecamatan Waled, Dadi menambahkan, lima desa yang terdampak banjir karena meluapnya Sungai Ciberes yakni, Desa Ciuyah, Ambit, Karangsari, Gunungsari dan Mekarsari. “Begitu ada laporan, kami datang ke lokasi dan melaporkannya ke dinas terkait,” tuturnya.
Sementara itu, Tokoh Masyarakat Cirebon Timur, Raden Hamzaiya menjelaskan, bertahun-tahun desa di Kecamatan Waled, yang ada di sepadan Sungai Ciberes, selalu terendam banjir saat penghujan dan tanpa adanya solusi konkret untuk menuntaskan hal tersebut.
“Banjir ini bukan bencana baru, setiap tahun. Ribuan rumah warga terendam, sekolah diliburkan, sawah terancam gagal panen, fasilitas ibadah dan fasilitas umum mengalami kerusakan. Tapi, tidak ada langkah serius dari Bupati Cirebon apalagi Gubernur Jawa Barat untuk mengakhiri penderitaan ini,” jelasnya.
Ia mencontohkan, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Cirebon khususnya di wilayah timur bukan semata karena curah hujan tinggi. Tetapi, lebih pada akibat dari buruknya tata kelola lingkungan, pendangkalan sungai, hingga pembangunan yang tidak tertata dengan baik.
Pemerintah seharusnya melakukan Langkah komprehensif dengan normalisasi sungai, perbaikan tanggul, pembangunan sistem drainase terpadu, edukasi dan pelibatan masyarakat dalam menjaga lingkungan.

Bukan Sandiwara
“Ini soal kebijakan dan keberpihakan. Kalau pemerintah benar-benar peduli, semestinya sudah ada perencanaan matang untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Bukan sekadar datang ke lokasi saat banjir, bawa bantuan mie instan dan berfoto. Kami ingin solusi, bukan sandiwara. Sampai kapan kami, seperti ini,” tanya warga Kecamatan Waled ini.
Hamzaiya menuturkan, masyarakat sudah berulang kali menyuarakan kebutuhan perbaikan infrastruktur, pengendalian banjir dan pemerataan pembangunan, namun hasilnya nihil. Bahkan, pembangunan yang dilakukan pemerintah seakan berat sebelah.
“Kita di timur seperti dianaktirikan. Padahal, kami juga bagian dari Kabupaten Cirebon dan Jawa Barat. Jika situasi ini terus dibiarkan, maka kerugian ekonomi dan sosial yang ditanggung masyarakat akan semakin besar dan meninggalkan trauma berkepanjangan, terutama bagi anak-anak. Sudah saatnya pemerintah membuktikan, hadir untuk rakyat. Jangan tunggu korban jiwa dulu, baru bertindak. Banjir di Cirebon Timur adalah alarm keras yang tak boleh lagi diabaikan,” tegasnya.
Tokoh pemuda Desa Japurabakti, Kecamatan Astanajapura, Gunawan mengungkapkan, banjir bandang yang terjadi dikarenakan curah hujan tinggi, sehingga air Sungai Singaraja meluap dan merendam ratusan rumah warga. “Air masuk ke rumah sekitar pukul 22.00 WIB dan berangsur surut kisaran pukul 3.00 WIB atau jelang subuh,” ungkapnya.
Pria yang aktif di organisasi masyarakat ini menceritakan, banjir yang kerap terjadi berdampak pada kerusakan jalan dan penumpukan sampah di bawah jembatan Sungai Singaraja.
Sehingga ketika air sungai limpas, berserakan di jalanan. Disamping itu, banjir skala besar maupun kecil terjadi di desa ini. Namun belum ada penangan serius dari pihak terkait.

Banjir Majalengka
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Majalengka, Agus Tamim mengungkapkan, banjir di wilayah Kecamatan Kadipaten dan Dawuan merendam 1.275 unit rumah, tujuh fasilitas ibadah, satu fasilitas pendidikan.
Total terdampak sebanyak 1.385 KK atau 5.198 jiwa, sebanyak 506 jiwa di antaranya terpaksa harus mengungsi karena rendaman cukup tinggi lebih dari satu meter.
Mereka berada di Blok Putat Barat, Dukuhdomba, Desa Liangjulang. Blok Anjun dan Pasarlawas Desa Kadipaten, Blok Dukuheurih, Blok Jumat, Blok Sabtu, Desa Heuleut, Kecamatan kadipaten.
Di Kecamatan dawuan banjir menimpa warga di Blok Pesantren dan Jombol, Desa Dawuan. Di wilayah ini, selain merendam 880 unit rumah, juga merendam satu fasilitas pendidikan dan 6 fasilitas ibadah.
“Di Blok Dukuhwarung Barat, Desa Karangsambung, Kecamatan Kadipaten merendam 134 unit rumah serta Blok Dukuhwarung timur, Desa Pagandon metendam 127 unit rumah ,” ungkap Agus.

Mengungsi
Menurutnya, warga asal Desa Dawuan yang rumahnya terendam banjir dievakuasi ke SD Alhidayah dan Masjid Al Itihad, jumlahnya mencapai 346 orang. Untuk warga asal Desa Liangjulang, Kecamatan Kadipaten sekitar 40 KK atau 160 jiwa dievakusai di Musala Al Islah.
Menurut Agus, banjir dipicu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi di sebagian wilayah Kabupaten Majalengka dengan durasi yang cukup lama serta terjadinya pendangkalan aliran Sungai Cikasarung dan Ciputis yang mengalir di tengah kawasan pemukiman di Kecamatan Kadipaten dan Dawuan.
Untuk melakukan penanganan banjir serta mengevakuasi warga, pihak BPBD mengerahkan sejumlah kendaraan, perahu karet dibantu TNI Polri, Satpol PP, Damkar, aparatur kecamatan, dan aparatur desa.
“Kami BPBD melakukan kaji cepat dan penanganan evakuasi warga dilokasi kejadian.” ungkap Agus.

Tersumbat
Sementara itu, Eman Sulaeman salah seorang warga yang rumahnya terendam banjir mengatakan, banjir dipicu hujan yang cukup deras selama sekitar tiga jam mulai pukul 14.46 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Air langsung menggenangi pemukiman.
“Airnya langsung tinggi karena aliran air di jembatan juga tersumbat. Genangan air di rumah warga mencapai 30 cm hingga 1,5 meteran,” ungkap Eman.
Malam mulai pukul 23.00 WIB air berangsur surit, namun sebagian warga tidak memungkinkan kembali ke rumah dan tetap dipengungsian. Baru esok harinya warga mulai membersihkan lumpur yang mengendap di rumah
Sementara itu Bupati Majalengka, Eman Suherman menyebutkan, banjir yang melanda wilayah Kecamatan Kadipaten dan Dawuan di antaranya akibat hujan deras yang juga terjadi di wilayah hulu.
Selain itu, diperparah oleh adanya bendungan di Desa Karangsambung yang diduga sengaja ditinggikan oleh oknum tertentu setinggi sekitar 40 centimeter dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah dan bawang di musim gadu. Akibatnya bendungan tersebut juga tidak bisa menahan luapan air, sehingga merendam pemukiman warga
“Ada sejumlah faktor yang menyebakan banjir. Pertama, hujan begitu deras dengan waktu cukup lama, terutama di wilayah hulu. Selain itu, banyak sawah yang sudah beralih fungsi menjadi bangunan, otomatis air tidak terserap. Ketika sampah juga menyebakan sumbatan karena ketidakdisiplinan warga, akibatnya pendangkalan sungai juga terjadi,” papar Eman.
Atas kejadian tersebut dan adanya peninggian tanggul, Bupati mengaku sudah menghubungi BBWS untuk segera dibongkar karena hal tersebut dianggap melanggar aturan. Ia juga mengimbau agar warga tidak membuang sampah ke sungai.(Pra/Ta)

Related Articles

Back to top button