Prosesnya Dilakukan Terencana, Bulog Cabang Cirebon Maksimal Serap Gabah Petani

kacenews.id-CIREBON-Perum Bulog Cabang Cirebon memastikan tidak ada pembatasan penyerapan gabah dari petani. Namun proses serapan dilakukan secara terencana, agar gabah tidak rusak dan tetap memenuhi standar untuk menjadi cadangan beras nasional.
“Gabah yang kita serap dari petani itu masih dalam kondisi panen, bisa basah, setengah kering, bahkan belum 75 persen kering. Kalau tidak segera ditangani, gabah itu bisa cepat rusak,” kata Kepala Bulog Cirebon, Ramaijon Purba, Selasa (29/4/2025).
Menurutnya, proses pasca panen sangat menentukan kualitas gabah yang diserap. Karena itu, Bulog tak bisa asal serap tanpa memperhitungkan kapasitas pengeringan dan pengolahan. Hal ini bukan soal pembatasan, melainkan manajemen risiko agar gabah yang dibeli tidak rusak dan negara tidak merugi.
“Ini pakai uang negara dan nantinya akan jadi cadangan beras nasional. Kita tidak mau ada kerusakan. Jadi bukan pembatasan, tapi perencanaan. Kita sesuaikan kemampuan mitra kita dalam mengolah gabah,” katanya.
Hingga Senin (28/4/2025) malam, Bulog Cirebon tercatat telah menyerap 63 ribu ton gabah dari target 61 ribu ton. Jika dikonversikan, setara dengan hampir 90 ribu ton beras, angka yang menurut Ramaijon akan segera tercapai dalam waktu dekat.
“Kita sebenarnya all out menyerap. Tapi kan tetap harus disesuaikan. Kita tidak bisa menyerap semuanya, karena penyerapan Bulog hanya 10 persen dari total produksi nasional,” tuturnya.
Ia menyebutkan, dari sekitar 32 juta hingga 33 juta ton produksi beras nasional, Bulog hanya ditargetkan menyerap 3 juta ton. Sisanya diperuntukkan bagi kebutuhan konsumsi langsung masyarakat dan pasar.
“Kalau Bulog serap semua, masyarakat mau makan apa?” ujarnya sambil tersenyum.
Ia menyampaikan, proses penyerapan di Cirebon juga melibatkan banyak pihak. Bulog tidak bisa bekerja sendiri karena keterbatasan sumber daya manusia. Untuk itu, koordinasi dilakukan dengan Babinsa, penyuluh pertanian, pemerintah daerah, Satgas Pangan, hingga TNI.
“Yang tahu kondisi desa siapa? Ya penyuluh dan Babinsa. Kita minta bantuan mereka untuk menyusun rencana penyerapan. Kalau suatu desa ternyata tidak panen, bisa dialihkan ke desa lain yang sedang panen,” katanya.
Menurutnya, saat ini, fokus penyerapan digeser ke wilayah Cirebon tengah hingga Gegesik, seiring berakhirnya panen raya di beberapa daerah lain. Gabah petani diserap dengan harga sesuai Inpres, yakni Rp 6.500 per kilogram, tanpa pembeda jenis padi.
“Kita tidak pilih-pilih varietas. Yang penting kualitas bisa diproses dan disimpan sesuai standar. Ini kerja bersama, bukan kerja satu instansi,” katanya.(Is)