Finansial

Kisah Inspiratif Ida dan Kedai Prokus Oorange

Dari Dapur Desa Paniis Menuju Harapan Baru

Oleh Ismail Marzuki-Kabar Cirebon

DI tengah gemuruh modernisasi dan persaingan bisnis digital, di sebuah sudut tenang di selatan Majalengka, seorang perempuan membuktikan bahwa ketekunan dan semangat berbagi bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
Dialah Ida Widyaningsih, sosok di balik Kedai Prokus Oorange, UMKM yang tumbuh dari Desa Paniis, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.
Ida memulai semuanya dengan sederhana, memanfaatkan dapur rumah, alat seadanya, dan bahan baku lokal. Dengan tangan terampil, ia menciptakan camilan seperti keripik pisang, sumping kelapa, hingga kue semprong.
“Saya cuma punya keyakinan dan keinginan kuat untuk mandiri,” ujarnya mengenang.
Namun perjalanan Ida tak selalu manis. Ia kerap terbentur keterbatasan modal dan keterampilan pemasaran. Malam-malamnya, ia habiskan untuk memikirkan kelanjutan usaha. Titik balik datang ketika Ida mendapatkan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Waktu dapat pinjaman KUR dari BRI, saya seperti mendapat napas baru. Dari situ saya bisa beli alat produksi, nambah stok, dan mulai menggaji karyawan,” ucapnya.
Bantuan modal itu membuka pintu-pintu baru dalam hidupnya. Tak ingin berjalan sendirian, Ida membuka ruang bagi pelaku UMKM lain. Produk-produk tetangga yang dulu hanya dijual keliling, kini punya tempat di rak-rak Kedai Prokus Oorange.
“Saya hanya ingin kita sama-sama tumbuh. Kedai ini bukan hanya milik saya, tapi milik semua warga yang ingin punya masa depan lebih baik,” katanya lirih.
Kedai milik Ida kini bukan hanya tempat belanja, tapi juga ruang belajar. Di sana para pelaku UMKM sering bertemu, berdiskusi, bahkan berkolaborasi. Ia mendapat pendampingan dari mahasiswa Unpad, dan aktif berkoordinasi dengan Pemkab Majalengka.
Pimpinan BRI Cabang Majalengka, Nurdianto Mawardi, menyebut Ida sebagai contoh nyata keberhasilan pelaku UMKM binaan BRI yang memanfaatkan KUR dengan tepat.
“Ida adalah gambaran dari semangat UMKM sejati. Kami di BRI tidak hanya menyalurkan pinjaman, tapi juga memberikan pendampingan agar mereka bisa naik kelas secara mandiri,” ujar Nurdianto.
Ia juga menegaskan peran Mantri BRI, petugas lapangan yang aktif menjangkau pelaku usaha di desa. “Mantri BRI membantu pelaku UMKM seperti Bu Ida untuk mencatat transaksi secara digital, mengatur arus kas, bahkan belajar strategi pemasaran online,” tambahnya.
Menurut Nurdianto, saat ini setiap pelaku UMKM disarankan menjadi Merchant BRI agar transaksi lebih mudah dan pencatatan keuangan lebih rapi. “Kami juga punya program pelatihan dan pembinaan rutin. Pelaku usaha seperti Bu Ida bisa terus berkembang jika mengikuti pembinaan ini,” jelasnya.
Nurdianto menyebut bahwa KUR BRI bisa dimanfaatkan dengan tenor fleksibel, dari 1 hingga 5 tahun, dan bunga ringan. “Yang penting, pelaku usaha sudah berjalan minimal 6 bulan dan usahanya produktif,” tutupnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Koperasi dan UKM (DK2UKM) Kabupaten Majalengka, Arief Daryana, menegaskan pentingnya legalitas UMKM. “Kami terus jemput bola lewat program Lanjut Terus UMKM agar pelaku usaha memiliki NIB, PIRT, dan izin lainnya,” ungkapnya.
Hari ini, Kedai Prokus Oorange bukan hanya simbol usaha mikro yang bertahan. Ia adalah pusat harapan, ruang inspirasi, dan bukti nyata bahwa dari desa pun, cahaya perubahan bisa bersinar terang. Dan semua itu berawal dari satu tekad, ingin mandiri, ingin berbagi.***

Related Articles

Back to top button