Pasokan Kelapa Tersendat, Harga Surabi Jadi Naik

kacenews.id-MAJALENGKA-Para pedagang kelapa parut di pasar tradisional di Majalengka kesulitan memperoleh bahan baku, karena pemasok kelapa dari Ciamis kerap lambat datang dan jumlah pasokanpun sangat terbatas serta harga jual juga cukup tinggi, kondisi seperti ini sudah berlangsung sejak awal tahun kemarin.
Selama ini satu – satunya pemasok kelapa parut ke Kabupaten Majalengka hanya dari Ciamis, tidak ada dari daerah lain.
Herdiana dan Wawan pedagang kelapa parut di pasar tradisional Majalengka mengatakan, kelangkaan kelapa parut sudah terjadi sejak musim tahun baru kemarin, namun saat itu jumlah pasokan masih cukup banyak serta kenaikan harga juga masih wajar.
Dua bulan terakhir pasokan mulai terbatas, yang biasanya satu kali pengiriman atau satu kendaraan bisa untuk sendiri kini dibagi untuk empat atau tiga pedagang. Akibatnya barang lebih cepat habis sementara pasokan lambat.
“Dulu begitu barang sedikit langsung pesan dan hari itu bisa datang satu kendaraan, sekarang satu kendaraan di bagi tiga atau empat pedagang,” kata Herdiana.
Harga satu butir kelapa ukuran kecil menurut Reni pedagang kelapa lainnya, yang biasa dijual seharga Rp 6.000 kini dijual seharga Rp 10.000 per butir, yang biasa dijual seharga Rp 10.000 per butir kini dijual seharga Rp 14.000.
Keratan kelapa yang biasa dijual seharga Rp 2.000 kini dijual seharga Rp 2.500, dan di tingkat pengecer harga akan lebih mahal lagi.
Di kiosnya stok kelapa tua tinggal beberapa butir lagi, dia pesimis bisa memenuhi kebutuhan konsumen hingga siang hari, apalagi esok hari.
“Sekarang paling tinggal berapa butir, sebentar lagi juga habis tidak akan sampai siang, pesan sudah tapi ya entah bisa datang segera atau tidak,” ungkap Reni.
Langkanya kelapa parut ini menurut Herdiana dan Wawan, karena kelapa tua kini dijual ke paprik pengolah santan yang menurut informasinya didirikan di wilayah Selatan Ciamis. Akibatnya pasokan ke pasar tradisional menjadi berkurang.
Disamping itu kini banyak penjual kelapa muda sehingga petani kelapa memilih menjual kelapa muda yang bisa segera menjadi uang. Sementara pemasok kelapa ke Majalengka hanya satu-satunya dari Ciamis, tidak ada dari tempat lain.
“Pemasok kelapa mah berbeda dengan barang lain. Kelapa mah hanya dari Ciamis satu – satunya,” ungkap Herdiana.
Kelangkaan kelapa parut tidak hanya berdampak pada penjual kelapa di pasar, namun juga berdampak pada naiknya harga makanan berbahan santan seperti halnya pedagang bubur canil. Pedagang bubur candil yang biasanya menjual seharga Rp 5.000 per bungkus kini dia menjual seharga Rp 7.000 per bungkus.
‘Punten pangaosna naek nya janten Rp 7.000 margi kalapana naek lumayan,” ungkap pedagang bubur candil di Pasar Mambo Majalengka.
Kenaikan harga makanan bercampur kelapa juga dilakukan pedagang surabi di Pasar Cigasong Majalengka, yang biasanya menjual serabi seharga Rp 2.000 perbuah, dia kini menjual seharga Rp 2.500 per buah.
“Pangaos kalapana naek,” ungkap Mini.(Tat)