Kebijakan Proteksionis ala Donald Trump

Amerika Serikat dan China kini saling serang, berbalas tarif impor yang terus meningkat, menciptakan ketidakpastian global yang makin terasa.
Ketegangan ini sejatinya sudah diramalkan sejak lama. Banyak pelaku pasar memprediksi bahwa perang dagang akan makin memanas pasca Donald Trump kembali dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat.
Kebijakan-kebijakan proteksionis ala Trump yang kini dikenal sebagai Trumponomics 2.0 diperkirakan akan berdampak luas ke hampir seluruh sektor pasar. Trumponomics 2.0 juga mendorong volatilitas tinggi di pasar keuangan global.
Dan benar saja. Amerika Serikat menetapkan tarif impor sebesar 145 persen untuk barang-barang asal China. Beijing membalas dengan tarif 125 persen. Kini, Washington bahkan mengancam dengan tarif baru hingga 245 persen!
Namun China tak tinggal diam. Negeri Tirai Bambu itu menegaskan, “tidak akan ada pemenang dalam perang dagang ini.”
Sayangnya, ketegangan dua raksasa ekonomi ini justru menyeret dunia ke jurang ketidakpastian.
Indonesia, sebagai mitra dagang kedua negara, sangat mungkin terdampak langsung.
Perang dagang ini tak hanya bisa memicu kenaikan harga, tapi juga menekan permintaan global. Sektor ekspor, investasi, hingga stabilitas pasar domestik bisa terkena imbasnya.**