Jembatan Penghubung Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih Majalengka Terputus, Warga Terisolasi

kacenews.id-MAJALENGKA-Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Majalengka pada Jumat dan Sabtu (15-17/3/2025) mengakibatkan bencana banjir di dua wilayah Kertajati dan Ligung.
Banjir merendam ratusan rumah serta memutus sebuah jembatan penghubung antar Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih.
Jembatan Cijurey sepanjang sekitar 54 meter yang menghubungkan dua kecamatan, Bantarujeg dan Kecamatan Lemahsugih terputus akibat tidak mampu menahan luapan dan derasnya air sungai yang terjadi Sabtu, (15/3/2025).
Jembatan selebar 4 meteran yang berbatasan antara Desa Silihwangi, Kecamatan Bangtarujeg dan Desa Mekarmulya, Kecamatan Lemahsugih ini tidak bisa dilalui lagi. Padahal, jembatan tersebut adalah satu-satunya akses, bagi warga sejumlah desa dan ke sawah serta kebun.
Warga Desa Silihwangi yang akan beraktifitas ke Lemahsugih atau sebaliknya, terpaksa harus memutar jalan ke ibu kota Kecamatan Bantarujeg dengan jarak tempuh sekitar 20 km.
Menurut keterangan warga, Ipin dan Wariah, pada dua tahun lalu, jembatan tersebut sempat putus bagian ujungnya. Namun, jembatan masih bisa dipergunakan dengan memasang balok kayu karena putusnya jembatan tidak terlalu lebar.
Namun kali ini, putusnya jembatan sangat parah terjadi di kedua ujung, diperparah dengan anjloknya penyangga jembatan yang ada di bagian tengah. Sehingga, sulit bagi warga untuk mensiasati agar jembatan bisa dipergunakan untuk dilintasi kendaran roda dua.
“Kalau untuk orang sekadar bepergian ke sawah, sekarang diupayakan menggunakan jembatan darurat dari bambu yang ditempelkan ke permukaan badan jembatan. Tapi, kalau hujan deras tidak bisa melintas, khawatir jembatan semua ambruk,” kata Ipin.
Banjir Tiga Desa
Sementara itu, tiga desa di Kecamatan Ligung, masing-masing Desa Beusi, Gandawesi dan Leuweunghapit terendam banjir akibat luapan air Sungai Ciokamangi setelah hujan lebat yang terjadi pada Sabtu siang hingga malam hari.
Puluhan rumah dan ratusan hektare sawah serta jalan raya terendam banjir dan sempat tidak bisa dilalui kendaraan akibat banjir yang cukup tinggi. Banjir yang merendam rumah di ketiga desa hingga selutut orang dewasa.
Menurut keterangan Wasid, salah seorang warga, banjir mulai menerjang pemukiman di Desa Gandawesi sekitar pukul 00.00 WIB, Minggu (16/3/2025). Sebagian warga langsung keluar rumah untuk antisipasi banjir yang lebih besar.
Camat Ligung, Abdul Goni mengatakan, banjir yang kerap melanda wilayanya adalah banjir kiriman dari wilayah hulu. Setiap hujan deras di kawasan pegunungan, maka otomatis akan datang banjir besar di aliran sungai yang mengalir ke wilayahnya.
“Terlebih kondisi sungai di sekitar permukiman tersebut, rata-rata sudah terjadi pedangkalan. Kehadiran kawasan pabrik juga sedikit banyak turut andil atas terjadinya banjir. Kami sudah menyampaikan kepada Dinas PUTR Kabupaten Majalengka dan BBWS Cirebon, agar segera mengambil langkah lang efektif seperti melakukan normalisasi sungai dan perbaikan tanggul yang sudah banyak jebol. Namun, entah sampai saat ini, masih belum mendapatkan respon,” ungkap Goni.
Kondisi yang sama, ratusan rumah di Desa Bantarjati dan Kertakati, juga terendam banjir hingga ketinggian sekitar 50 cm. Kondisi terparah menimpa sebuah pesantren dan gedung madrasah aliyah.
Para santri terpaksa mengungsi di masjid desa. Hingga Minggu pagi, genangan aiar masih terjadi di pemukiman dan jalan raya.
Menurut pengasuh pondok pesantren dan MA, Odong, air mulai meluap pada Sabtu pukul 24.00 WIB. Air diperkirakan berasal dari Situ Cijaura yang meluap karena tidak mampu menampung air dari Kawasan Bandara Kertakati.
Petugas BPBD yang melakukan assesmen ke lokasi banjir di Kertajati Aditya mengatakan, ada sekitar 128 rumah terendam banjir. Sebanyak 104 rumah di Desa Kertajati serta 24 rumah lainnya di Desa Bantarjati.(Ta)
Pointer:
Hujan Deras dan Dampaknya di Majalengka:
Hujan deras yang mengguyur Majalengka pada 15-17 Maret 2025 menyebabkan banjir di dua wilayah, Kertajati dan Ligung.
Jembatan Cijurey Putus
Jembatan Cijurey, penghubung Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih, putus akibat luapan air sungai.
Warga harus memutar lebih jauh untuk beraktivitas karena jembatan tersebut adalah satu-satunya akses ke sawah dan kebun.
Solusi Darurat untuk Warga:
Warga memanfaatkan jembatan darurat dari bambu untuk menyeberang, namun khawatir jembatan bisa ambruk saat hujan deras. Kesulitan besar bagi warga yang bergantung pada jembatan ini untuk kegiatan sehari-hari.
Banjir di Tiga Desa Kecamatan Ligung:
Desa Beusi, Gandawesi, dan Leuweunghapit terendam banjir akibat luapan air dari Sungai Ciokamangi.
Banjir merendam rumah dan sawah, dengan air setinggi lutut orang dewasa. Warga mengungsi untuk menghindari dampak banjir yang lebih besar.
Penyebab Banjir di Kecamatan Ligung:
Camat Ligung, Abdul Goni, menjelaskan bahwa banjir disebabkan oleh kiriman air dari hulu, serta kondisi sungai yang sudah dangkal. Pembangunan kawasan pabrik di sekitar wilayah tersebut turut memperburuk kondisi banjir.
Banjir di Desa Bantarjati dan Kertajati:
Desa Bantarjati dan Kertajati juga terendam banjir hingga ketinggian sekitar 50 cm. Pesantren dan madrasah aliyah di Kertajati terendam, dengan para santri terpaksa mengungsi di masjid desa.