Ayumajakuning

Cibuntu Kabupaten Kuningan, Desa Bangkit Jadi Destinasi Wisata Berkelas

kacenews.id-KUNINGAN-SEJUKNYA angin yang berhembus dari kaki Gunung Ciremai membelai hamparan sawah hijau yang membentang luas. Udara bersih, gemericik air dari Curug Gongseng, serta keramahan warga menyambut setiap pengunjung yang datang.

Itulah Desa Cibuntu, sebuah desa wisata di Kabupaten Kuningan yang kini menjadi destinasi unggulan bagi wisatawan dan tempat studi bagi akademisi. Desa yang pernah menjadi pemenang program Desa BRILian Batch 2 pada 2021 dari BRI.

Namun, siapa sangka, desa yang kini ramai dikunjungi itu dulu sempat tertinggal? “Dulu, desa ini dianggap tidak memiliki potensi. Jalanan rusak, perekonomian warga pun sulit. Tapi kami yakin, Cibuntu punya sesuatu yang bisa dibanggakan,” ujar Abah Awam, Kepala Desa Cibuntu, belum lama ini.

Perlahan, dengan kesadaran dan kerja keras, warga mulai membangun desanya. Hingga akhirnya, Cibuntu kini menjelma menjadi desa wisata mandiri, menarik wisatawan dari berbagai daerah, bahkan menjadi juara dalam berbagai penghargaan nasional dan internasional.

Perubahan besar Cibuntu tidak terjadi dalam semalam. Dibutuhkan kesadaran kolektif dari masyarakat untuk menggali dan mengembangkan potensi desa.

“Dulu, tak banyak yang sadar kalau desa ini punya daya tarik wisata. Kami butuh waktu lama untuk meyakinkan warga bahwa pariwisata bisa menjadi sumber ekonomi baru,” kata Abah Awam.

Langkah pertama dimulai dengan merapikan lingkungan desa. Warga membersihkan jalan, merawat kebun, hingga membangun fasilitas dasar untuk mendukung wisata. Tahun demi tahun, usaha mereka mulai membuahkan hasil.

Kini, Cibuntu memiliki beragam daya tarik wisata, mulai dari situs purbakala, Mata Air Kahuripan, Kebun Bambu Petung, Kolam Ikan Terapi, hingga Kampung Domba yang unik karena jumlah dombanya lebih banyak dari jumlah penduduk desa.

“Saat pertama kali ke sini, saya kagum dengan keindahannya. Udara segar, lingkungannya asri, dan yang paling berkesan adalah sambutan warganya yang ramah,” ujar M. Sauki, wisatawan asal Bali yang datang bersama keluarganya.

Dari Desa Tertinggal Menjadi Juara

Transformasi Desa Cibuntu berbuah manis. Pada 2016, Cibuntu dinobatkan sebagai homestay terbaik peringkat 5 se-Asia Tenggara. Tak hanya itu, berbagai penghargaan pun diraih, seperti Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019 di Singapura dan Anugerah Desa Wisata kategori Desa Inspiratif Mandiri dari Kemenparekraf pada 2021.

Di balik kesuksesan itu, peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sangat besar. Warga yang dulu hanya bertani dan beternak kini juga menjadi pengelola wisata, pemandu, hingga penyedia homestay.

“Dulu, hanya sekitar 20 warga yang terlibat, tapi sekarang hampir semua warga merasa bertanggung jawab dalam menjaga desa wisata ini,” kata Dadi Kurniadi, Ketua Pokdarwis Cibuntu.

Pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat ini juga membuat ekonomi warga meningkat. Mereka kini mendapatkan penghasilan tambahan dari sektor wisata, seperti menyewakan homestay, menjual hasil bumi, hingga membuka warung makan bagi wisatawan.

Dengan harga tiket masuk hanya Rp 22.000, pengunjung bisa menikmati keindahan alam dan keunikan budaya Cibuntu. Bagi yang hanya ingin menikmati objek wisata tertentu, tiket masuknya hanya Rp 7.000.

Saat hari biasa, Cibuntu menerima sekitar 30-40 wisatawan per hari. Namun, di musim liburan, jumlahnya melonjak hingga 1.000-1.300 pengunjung per hari.

“Setiap musim liburan, desa ini jadi ramai. Pengunjung bisa menikmati curug, mata air, atau sekadar bersantai di area perkemahan,” tambah Dadi.

Cibuntu juga terus berinovasi, salah satunya dengan bergabung dalam program Desa BRILian Batch 2 pada 2021. Bantuan dari BRI, baik dalam bentuk dana maupun pelatihan usaha, semakin memperkuat ekonomi desa.

“Dulu banyak warga kesulitan akses permodalan, tapi sekarang mereka bisa mendapatkan pinjaman dengan lebih mudah. Ini sangat membantu usaha kecil dan menengah di desa kami,” jelas Abah Awam.
Bagi warga Cibuntu, perubahan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang menuju desa wisata berkelas dunia.

“Kami ingin terus berkembang dan menjaga keasrian desa. Harapannya, semakin banyak wisatawan yang datang, tapi tetap dengan konsep wisata berkelanjutan,” kata Abah Awam.

Di tengah derasnya arus modernisasi, Cibuntu tetap menjaga kearifan lokal dan keramahan warganya. Itulah yang membuatnya bukan sekadar desa wisata biasa, melainkan sebuah kisah inspiratif tentang kebangkitan sebuah desa yang dulu tertinggal, kini menjadi kebanggaan.(Mail)

Related Articles

Back to top button