Opini

Kenapa Minggu Berjalan Cepat, Senin Berjalan Lambat?

Oleh: Andrian Saba
(Alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UGJ Cirebon)

INI adalah fenomena yang dirasakan hampir semua orang. Khusunya bagi orang yang sudah memasuki usia dewasa. Ada beberapa alasan logis kenapa hari Minggu terasa cepat berlalu, sementara hari Senin terasa seperti berjalan lambat.
Seseorang di hari Minggu, biasanya mengisi berbagai macam kegiatan santai, seperti menonton film, jalan-jalan, joging, liburan bersama keluarga, mengunjungi tempat car free day, bermain games, belanja di mal, memilih menghabiskan waktu di rumah untuk rebahan, bermain sepak bola atau futsal, hiking, dan aktivitas santai lainnya. Tanpa sadar, deretan aktivitas yang dilakukan ini sangat menyenangkan. Waktu pun terasa begitu cepat, dan waktu sudah berlalu beberapa jam tanpa disadari.

Berbeda di hari Senin, seseorang akan memulai hari pertama sebagai hari dimulainya untuk bekerja, sekolah, kuliah, dan melakukan kegiatan yang produktif. Hari Senin ini diidentikkan dengan hari yang penuh tugas, tekanan, dan rasa malas. Sebagian besar seseorang dalam tanda kutip, membenci hari Senin atau musuh bebuyutan lantaran harus melakukan sesuatu yang belum siap untuk dikerjakan. Hal ini menyebabkan pada saat melakukan sesuatu menjadi tidak suka. Waktu pun terasa lebih lama karena waktu tersebut (lamanya waktu di hari Senin) terus diperhatikan.

Related Articles

Dari penjabaran paragraf kedua dan ketiga, terlihat begitu jelas. Ada perbedaan aktivitas dan beban pikiran. Saat kita sibuk atau bersenang-senang, waktu terasa cepat karena otak berfokus pada pengalaman, menikmati perjalanan, bukan menghitung waktu. Pada saat bosan dengan rutinitas yang membosankan, dan beban kerja yang tinggi, membuat otak lebih sadar terhadap jalannya waktu, kita lebih sering melihat jam dan menghitung waktu yang tersisa sehingga terasa lebih lama.
Sementara itu, Psikolog sekaligus penulis buku “Time Warped” Dr. Claudia Hammond mengutarakan bahwa kita memiliki bias atau kecenderungan negatif terhadap Senin. Karena kita mengantisipasi hal-hal yang tidak menyenangkan seperti pekerjaan, tugas, dan sekolah. Bentuk bias negatif inilah yang membuat waktu Senin terasa lambat sekali.

Misalnya, seseorang dalam batinnya mengeluh. Minggu malam sering dihabiskan dengan pikiran “Aduh, besok Senin, rutinitas dimulai lagi.” Pikiran seperti ini yang membuat seseorang tidak benar-benar menikmati hari Minggu. Keluhan dalam benak seseorang di hari Senin sudah tertancap dengan pikiran hari paling berat, sehingga kita cenderung membesar-besarkan rasa malas dan bosan. Pada akhirnya benar-benar membuat lamanya hari terasa Panjang. Ketika hari Senin tiba, beban tugas dan kelelahan dari akhir pekan menjadi terasa berat dan lambat.

Dalam istilah ada yang namanya Sunday Blues, yakni perasaan cemas, sedih, atau gelisah yang muncul pada hari Minggu. Biasanya perasaan cemas muncul menjelang malam karena memikirkan minggu kerja atau sekolah yang akan datang. Peristiwa ini sering terjadi pada orang yang merasa stres, orang yang merasa kurang puas dengan pekerjaan atau rutinitas mereka.
Menurut Ahli Perilaku dan Psikolog Klinis, Dr. Josh Klapow, Sunday Blues ialah reaksi emosional alami terhadap pekerjaan atau sekolah yang kurang memotivasi atau terlalu menuntut. Jika seseorang sering mengalami hal ini, bisa jadi itu tanda bahwa ada aspek pekerjaan/ kehidupan yang perlu dievaluasi.

Di sisi lain, Psikolog Klinis di Cleveland Clinic Amerika Serikat, Dr. Susan Albers mengungkapkan bahwa Sunday Blues adalah perasaan cemas dan gelisah yang muncul di Minggu malam karena tanggung jawab beban kerja yang akan datang. Ia menyebut ini sebagai bentuk anticipatory anxiety (kecemasan yang muncul karena memikirkan sesuatu di masa depan).

Namun, secara umum para ahli sepakat bahwa Sunday Blues bukan sekadar malas bekerja, tetapi lebih ke respons psikologis terhadap tekanan yang datang dari pekerjaan atau sekolah.
Adapun gejala Sunday Blues di antaranya, seperti perasaan murung atau sedih tanpa alasan yang jelas, stres menghadapi Senin, kesulitan tidur, dan kehilangan minat terhadap aktivitas yang biasanya menyenangkan. Untuk mengatasi Sunday Blues, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan. Pertama, pada Minggu malam kita bisa merencanakan aktivitas yang menyenangkan, misalnya membuat jurnal. Kedua, mempersiapkan pekerjaan di hari Senin agar tidak terasa terlalu berat. Ketiga, berolahraga atau bermeditasi untuk mengurangi rasa stres dan jenuh.

Faktor lain kenapa hari Minggu berjalan cepat, sedangkan hari Senin berjalan lambat karena adanya pola aktivitas yang tidak terstruktur, terutama pola tidur. Pada tubuh manusia ada siklus sirkadian. Dalam KBBI, sirkadian ialah perputaran waktu selama 24 jam. Salah satu contoh dari ritme sirkadian dalam tubuh manusia adalah siklus tidur-bangun.
Setiap manusia memiliki ritme sirkadian, yaitu sistem alami dalam tubuh yang mengatur waktu untuk beraktivitas dan beristirahat. Ritme ini berbeda pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetik serta kondisi lingkungan.

Anak yang orang tuanya sering begadang biasanya memiliki kebiasaan tidur lebih larut dibandingkan anak lainnya. Selain itu, rutinitas harian seperti bekerja atau bersekolah juga memengaruhi waktu tidur mereka. Lingkungan sekitar pun dapat memengaruhi irama sirkadian. Misalnya, mematikan lampu membuat seseorang lebih mudah tidur dibandingkan saat lampu menyala.
Menariknya, ritme sirkadian ini menyesuaikan waktu tidur dan aktivitas secara berbeda antara hari biasa dan periode liburan, imbasnya dapat menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur atau social jet lag. Ketika waktu tidur tidak tercukupi selama hari kerja, tubuh cenderung mengompensasinya dengan tidur lebih lama saat liburan. Fenomena ini dikenal sebagai “balas dendam tidur” dan sering terjadi pada akhir pekan.

Contoh konkretnya begini, jika di hari biasa kita bangun pukul 5 pagi, di hari Minggu kita mungkin bangun pukul 10 siang. Berarti, 5 jam yang biasanya digunakan di pagi hari sudah hilang karena tidur lebih lama. Ini menyebabkan perasaan hari Minggu lebih singkat dibandingkan hari Senin.

Secara ideal, kita sebaiknya mengikuti irama sirkadian alami dengan tidur di malam hari dan beraktivitas pada pagi hingga sore hari. Namun, beberapa pekerjaan, seperti kerja shift malam, mengharuskan kita menyesuaikan irama sirkadian tersebut. Hal ini dapat mengganggu jam biologis tubuh dan berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

Untuk mengurangi risiko social jet lag, kita sebaiknya mengatur pola tidur agar tetap konsisten sepanjang satu pekan. Pasalnya, semakin sedikit waktu tidur yang kita dapatkan, semakin besar kemungkinan mengalami efek negatif dari social jet lag.

Dengan pemaparan di atas, masihkah Minggu berjalan cepat dan Senin berjalan lambat? Pada dasarnya, jalannya waktu akan tetap sama apapun yang terjadi. Waktu terus berjalan tanpa perubahan. Hanya saja kita sebagai manusia memiliki cara yang unik untuk menikmati waktu.
Dengan demikian, penulis mengambil simpulan.

Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu. Senin adalah awal yang baru. Kedua hari ini, sejatinya berjalan di jalan waktu yang sama, tidak ada yang cepat dan lambat, tidak saling mendahului, keduanya tergantung persepsi. Maka, dengan menikmati setiap momen di hari Minggu tanpa mengkhawatirkan hari Senin, tidak ada lagi ungkapan Minggu pagi itu bahagia, Minggu malam itu sengsara, Senin itu diseneni.

Related Articles

Back to top button