Opini

Terbiasa Kemarau

Oleh: Sukanda Subrata
Penulis Lepas Cirebon

Sejak April 2024, kabupaten Cirebon dan sekitarnya dilanda kemarau.Warga, terutama di daerah pesisir sudah mulai susah mendapatkan air untuk keperluan mandi, cuci dan kakus.Sumber air dari sumur bor dan sumur gali yang ada menyusut.Warga berharap pemerintah segera memberikan solusi agar kebutuhan air untuk keluarga bisa terpenuhi secepatnya.
Selain itu juga pengairan sawah warga harus segera diatasi oleh pemerintah . Irigasi yang ada kerontang karena bendungan atau waduk simpanan air cadangan semakin menyusut, tidak sanggup untuk mengairi sawah. Kedua setu yang ada di kabupaten Cirebon yakni Setu Sedong dan Setu Patok volume airnya semakin berkurang. Karena keduanya bukan sumber air, melainkan hanya penampung air.
Untuk menyelamatkan tanaman padinya, para petani terpaksa berinisiasi membuat sumur bor secara mandiri dengan biaya berat. Apa yang dikeluarkan oleh petani tersebut tidak sebanding dengan hasil panennya. Kekeringan akibat kemarau bukan kali ini dirasakan warga dan petani kabupaten Cirebon, namun setiap tahun. Sayangnya pemerintah, dalam hal ini Dinas Pertanian, belum bisa memberikan solusinya. Entahlah apa tidak menganggarkan untuk pengeboran areal sawah yang ditimpa kekeringan atau anggaran yang sudah turun malah ditilep .Tapi rasanya kalau ditilep itu mustahil. Para ASN Dinas Pertanian juga takut melakukan tindakan tersebut karena dikategorikan tindakan korupsi. Bisa jadi program tersebut belum masuk skala prioritas, makanya tidak di acc. Masalah tersebut benar tidaknya, warga apalagi petani tidak tahu.
Sebanarnya ada dua solusi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah (Dinas Pertanian). Pertama, solusi jangka pendek yakni melalui program pemantekan di areal sawah yang selalu kekeringan secara proporsioal. Sedangkan kedua, yakni solusi jangka panjang, misalnya menjalin kerja sama dengan pemerintah Kbupaten Kuningan yang mempunyai areal hutan. Seperti kita ketahui bersama bahwa hutan adalah simpanan air alami yang suatu saat air itu keluar melalui mata air – mata air yang selanjutnya membentuk anak sungai. Kedua kabupaten lebih jelasnya membuat MOU dalam pemeliharaan dan pengamanan hutan secara konsisten. Hutan – hutan yang gundul wajib ditanami lagi pohon sejenisnya agar cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Jug ada pemberian edukasi rutin kepada masyarakat sekitar hutan tentang pentingnya fungsi hutan bagi kehidupan makhluk hidup.Tidak ketinggalan juga dengan bahaya hutan yang rusak bagi makhluk hidup terutama warga sekitar. Longsor dan banjir merupakan contoh bencana alam yang diakibatkan oleh perilaku manusia.
Yang tak kalah penting dilakukann oleh pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan para mandor dan polisi hutan agar tidak tergoda oleh oknum yang mengajak bermain mata.Terakhir pemberian sanksi yang tegas kepada para pengrusak hutan agar menjadi efek jera bagi siapapun orangnya, apakah oknum ASN Perhutani, pengusaha, aparat kemanan yang membackingi, maupun warga masyarakat.
Dari berbagai upaya tersebut, pemerintah dalam hal ini Dinas Perhutani harus memberi contoh yang baik kepada masyarakat dalam memperlakukan hutan seperti :mengelola dan memelihara hutan. Masalah kemarau ini masalah sikslus iklim Indonesia. Namun sejatinya di musim kemarau ini jangan sampai menjadi masalah bagi warga kabupaten Cirebon.
Kemarau juga mengancam terjadinya kebakaran hutan dan kebakaran di rumah-rumah penduduk atau tempat usaha. Oleh karena itu, warga harus waspada dengan tidak bertindak bodoh yang memicu terjadinya kebakaran
Sawah mengering,warga antri mendapatkan bantuan air dari pemerintah, jalanan berdebu, warga memperbaiki mesin pompa air perumahan, merupakan pemandangan biasa di Kabupaten Cirebon. Meski sudah biasa seperti ini, hendaknya jangan dianggap biasa oleh pemerintah daerah.Warga setiap hari susah mendapatkan air untuk MCK dan mengairi sawah dan setiap hari juga menanti bantuan dari pemerintah daerah.***

Related Articles

Back to top button