Waduk Setu Patok Kabupaten Cirebon Mengering, BBWS: Masyarakat Gunakan Lahan Harus Izin

kacenews.id-CIREBON-Kemarau panjang mengakibatkan surutnya air di danau Setu Patok Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon. Surutnya air dimanfaatkan masyarakat untuk menuruni atau mengunjungi lokasi danau kering yang terlihat daratannya.
Para pengunjung, tak sedikit yang beraktivitas di tengah danau. Hal tersebut, menambah daya tarik bagi wisatawan yang datang.
“Kalau sore ramainya. Apalagi kalau sore Sabtu dan hari Minggu pagi atau sore, kalau siang panas jadi nggak ada yang berani turun ketengah danau yang kering, paling hanya warga sekitar yang beraktivitas saja,” kata warga sekitar, Heni, Selasa (27/8/2024).
Sementara itu Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro menyebut bahwa kemarau tahun kemarin Setu Patok masih ada airnya. Sedangkan Sedong, kehabisan air.
“Sekarang ke balik. Jadi memang jumlah kebutuhan yang tidak menentu, dari daya tampung sepuluh juta kubik air, tinggal dua ratus ribu meter kubik air. Jadi tidak bisa mengalir keluar ke hilir,” sebutnya.
Dwi Agus menjelaskan, waduk di BBWS Cimanuk-Cisanggarung terdapat sembilan waduk. Terakhir, ada Waduk Cipanas namun belum penuh beroperasi. Akan tetapi, airnya masih bisa dimanfaatkan. Jadi, dari sembilan ada delapan yang beroperasi.
“Dari delapan ini bisa di bagi dua kelompok. Kelompok pertama yang memang daya tampung air cukup beserta seperti Malahayu, Kuningan, Darma, dan Jatigede. Kelompok berikutnya yang memeng tampungannya kecil yang musim kemarau sering airnya habis seperti Sedong, Setu Patok, Rancah Bereum, dan Ulang,” jelasnya.
Di akhir musim hujan kemarin sekitar bulan April maupun Mei, menurutnya, ada operasi teknologi modernisasi cuaca (TMC) yang dikoordinir oleh pembina yaitu direktorat bidang OP Jakarta.
“Rakor di bulan Agustus lalu, memang pak Direktur OP mau merencanakan TMC lagi. Mungkin beberapa bendungan yang airnya sekarang sudah tidak ada diprioritaskan,” ujar Dwi Agus.
Untuk Setu Patok sendiri, lebih lanjut Dwi Agus menambahkan bahwa pengairannya ke sekitar Cirebon sebelah Timur seperti Kanci. “Naiknya air di Setu Patok harus menunggu musim hujan sekitar Desember atau Januari,” imbuhnya.
Terkait masyarakat yang beraktivitas di tengah Setu Patok yang saat ini sedang viral, Dwi Agus mengungkapkan bahwa Setu Patok merupakan bendungan yang jika kemarau surut, namun jika musim penghujan airnya naik.
“Kalau ada masyarakat yang memanfaatkan tanah negara seperti menggarap lahan untuk tani harus ijin, kalau kami tidak mengijinkan karena itu (waduk Setu Patok) tempat tampungan air. Kalau pasang surutnya besar, rentan. Harus ada edukasi juga ke masyarakat,” ungkapnya.(Jak)