BMKG Jatiwangi Bantah Suhu Lebih Dingin Akibat Fenomena Aphelion

kacenews.id-MAJALENGKA-BMKG Jatiwangi membantah munculnya fenomena aphelion yang terjadi di bulan Juli ini yang menyebabkan suhu dingin melebihi rasa dingin dan biasanya yang akan berdampak meriang flu, batuk sesak nafas.
Informasi munculnya fenomena aphelion beredar melalui pesan berantai akan munculnya fenomena aphelion yang menyebutkan jarak bumi dan matahari sangat jauh sehingga sampaknya akan terasa dingin, kondisi ini akan berlangsung hingga Agustus mendatang.
Jauhnya jarak bumi dan matahari perjalanan 5 menit cahaya atau 90.000.000 km. Fenomena aphelion menjadi 152.000.000 km, 66 % lebih jauh.
Forescater BMKG Jatiwangi dan Kertajati Dian Anggraini menyebutkan, aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Dan pada waktu yang sama sekitar Juli – September, secara umum wilayah Indonesia pada periode musim kemarau.
“Hal ini menyebabkan sering muncul berita seolah olah dampak aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia. “ kataya.
Sebenarnya menurut Dian, penurunan suhu pada periode kemarau tersebut lebih dominan disebabkan karena wilayah Indonesia masuk musim kemarau, angin musim yang berhembus angin monsun Australia yang sifatnya dingin dan kering, sehingga kandungan uap di atmosfer cukup sedikit, dampaknya tutupan awan berkurang dan langit yang cenderung bersih (clear sky).
Ini menyebabkan radiasi panas matahari langsung dilepas ke atmosfer luar (tidak tertahan oleh awan) sehingga menyebabkan udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari.
“Saya kira itu, kenapa kalau musim kemarau cenderung lebih dingin suhu udaranya. Namun tidak ada salahnya juga jika tetap menjaga kesehatan selama periode musim kemarau, dengan menjaga kesehatan tubuh, penuhi cairan tubuh serta pergunakan pakaian hangat jika memang merasa suhu sekitar lebih dingin. “ ungkap Dian.
Sementara itu berdasarkan analisis kondisi dinamika atmosfer dan prakiraan curah hujan bulanan maka potensi cuaca ekstrem di wilayah Ciayumajakuning dan Sumedang pada bulan Juli 2024 menunjukan, suhu udara ekstrem. Angin kencang (kecepatan di atas 25 knots atau 50 km/jam) dan gelombang tinggi di perairan utara Cirebon dan Indramayu.(Tat)