Ayumajakuning

Merusak Tanaman, Petani Heuleut Keluhkan Dampak Limbah Cair TPA Sampah

 

MAJALENGKA-Petani di Desa Heuleut, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka yang areal pertaniannya berada dekat tempat pembuangan akhir (TPA) sampah mengeluhkan limbah cair yang keluar dari TPA merusak sawahnya. Sehingga berdampak pada hasil panen turun drastis,  karena saat pembuahan banyak gabah yang hampa atau kurang berisi. Bahkan ada petani yang terpaksa menerlantarkan sawahnya karena terus merugi.

Selain itu, lahan kebun milik warga juga sudah terkena imbas tumpahan sampah. Karena tumpukan sampah meluber, hingga akhirnya menutupi sebagian lahan.

Kondisi ini di antaranya dialami  lahan milik Ibrohim. Menurut sang pemilik, dari total luas lahan mencapai 3.500 m persegi, seluas 1.500 diantaranya telah tertutup sampah.

“Lahan tidak bisa lagi ditanami palawija ataupun perkebunan lainnya. Sehingga sejak 2020 lahan tak dijamah karena penuh sampah,”kata Ibrohim.

Hal yang sama juga terjadi pada lahan milik Ahmad seluas 2.800 m2, yang setengahnya sudah tertutup sampah. Disampaikan Ahmad,  dulu lahan tersebut  dimanfaatkan untuk kandang kambing dan beternak. Namun belakangan kambingnya banyak yang mati akibat suhu panas dari tumpukan sampah serta bau menyengat.

“Sekarang kambing peliharaan hanya tinggal tersisa beberapa ekor, padahal dulu hingga puluhan ekor,”ujarnya.

Kemudian dari sawah milik A Rosad seluas 125  bata, yang biasanya diperoleh hasil panen sebayank 6 kw, kini sudah tiga tahun tidak digarap. Karena limbah hitam dari tumpukan sampah TPA yang ada di bagian atas pesawahan merusak tanaman padi.

“Jadi tanaman padi ini tumbuh subur, daun bagus dan warna daun juga hijau. Namun saat keluar, bunga langsung memutih tidak bisa dipanen. Akhirnya dari pada terus merugi lebih baik diterlantarkan,” katanya.

Ia mengaku pernah mengeluhkan kondisi tersebut  kepada Dinas Pertanian. Namun saat itu disampaikan tidak ada persoalan karena tanaman baik. Padahal nyatanya gabah semua hampa.

“Kalau daun bagus, tapi buah hampa,” ucap Rosad.

Para petani berharap pemerintah bisa memberikan kompensasi yang layak. Karena pada 2023  kompensasi yang diberikan tidak sebanding dengan kerugian yang diderita.

“Pada 2023 ada kompensasi, namun tidak jelas ada yang terima Rp 400.000 ada yang kurang. Kami tidak paham bagaimana cara menghitungnya,” tuturnya.

Menyikapi keluhan warga, Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi  saat meninjau lokasi TPA menyampaikan akan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut. Agar tidak menjadi persoalan yang berlarut-larut.

Ia menawarkan untuk diganti rugi atau bentuk kompensasi bulanan seperti yang sudah dilakukan pada 2023.

“Jadi mau di ganti rugi atau seperti apa?” ucapnya.

Kemudian mengenai  lalu lintas armada pengangkut sampah, Dedi berencana membangun jalan dari Panyingkiran ke TPA. Agar armada sampah tidak melintasi pemukiman warga Heuleut seperti yang dikeluhkan selama ini terkait jam operasi dan kapasitas muat sampah.

“Ya kami tergantung pemerintah untuk harga karena ada NJOP-nya. Bahkan NJOP  dari beberapa tahun kemarin sudah naik, tapi kami tetap bayar walaupun lahan tidak digarap, karena dipakai sampah,” kata warga lainnya.(Tati)

 

 

Related Articles

Back to top button