Imbas Keasaman Tanah Tinggi, Tingkat Produktivitas Padi di Kertajati Lebih Rendah

MAJALENGKA-Hampir semua kondisi tanah atau potensial of hydrogen (pH) di areal sawah di wilayah Kecamatan Kertajati tinggi. Sehingga sebelum mengolahan sawah jelang musim tanam (MT) rendeng, para petani harus terlebih dulu membubuhkan kapur untuk menetralisir tanah.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Kertajati Ali Imron, mengungkapkan, tingginya tingkat keasaman tanah diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan beberapa waktu lalu. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi tingkat produktivitas padi yang akan lebih rendah, jika dibanding dengan tingkat keasaman yang seimbang atau paling tidak pH berada di posisi 6-7. Agar tingkat kesuburannya bisa tinggi.
Menurut dia, tingginya tingkat keasaman tanah ini akibat perilaku petani yang terus menerus menggunakan pupuk kimia serta pengaruh dari insektisida dan pestisida. Sedangkan penggunaan pupuk organik nyaris minim, bahkan ada yang tidak bersedia sama sekali memanfaatkan pupuk organik dengan beragam alasan, seperti tingkat pertumbuhan yang lambat.
“pH tanah idealnya 6,5 atau 6 juga sudah bagus, hingga 7,8,” ujarnya.
Ia menyebutkan, penggunaan bahan organik yang dimanfaatkan petani di sawahnya hanya sekitar 0,06 persen. Selebihnya penggunaan bahan kimia. Sehingga wajar jika keasaman tanah cukup tinggi. Padahal seharinya organik bisa mencapai 5 persen.
Ali menyampaikan, selama ini karena keasaman tanah cukup tinggi, maka produksi gabah kering giling dari setiap hektarenya hanya sebanyak 6 ton.
“Padahal idealnya, jika kondisi pH yang normal maka produksi bisa dicapai 8 ton GKG dari setiap hektarenya,”katanya.
Kemudian untuk mengurangi tingkat keasaman tanah, lanjut Ali, saat menjelang musim tanam rendeng, pihaknya sudah meminta para petani untuk menambah pH atau zat kapur ditabur di sawah.
“Sekarang saja perkebunan mangga gedong gincu di Desa Mekarjaya ingin ekspor ternyata tidak bisa. Karena pertumbuhannya tidak baik. Itu karena kadar pH terlalu tinggi,” tuturnya.
Sementara itu, sejumlah petani di Kecamatan Jatitujuh belum bisa memulai menggarap lahan. Karena curah hujan belum merata. Sedangkan pasokan air yang diandalkan dari SI Sindupraja dan Cipelang masih dilakukan pengeringan hingga 30 November 2023.
Padahal biasanya, para petani di wilayah tersebut pada pertengahan November sudah melakukan persemaian dan menggarap lahan. Namun saat ini persemaian yang dibuat kembali mengering serta Bendung Rentang masih melakukan pemeliharaan jaringan, berupa pengeringan aliran.
“Kami belum bisa mengolah lahan, biasanya saat mulai turun hujan bisa mengolah lahan kering dan membuat persemaian. Nanti pematangan tanah menyedot dari Sinduprajam yang sekarang masih di keringkan,” kata Eka.
Anggota Komisi IV DPR RI Sutrisno, saat melakukan pertemuan dengan sejumlah kelompok tani di Kecamatan Jatitujuh mengungkapkan, akibat pengeringan air dari Bendung Rentang ke SI Sindupraja dan SI Cipelang yang terlalu lama, mengakibatkan percepatan masa tanam musim rendeng menjadi terhambat.
“Masa tanam yang harusnya sudah bisa dilakukan diakhir November sekarang menjadi lambat, karena air Bendungan dikeringkan. Dua saluran Sindupraja dan Cipelang yang biasanya dimanfaatkan petani tidak tersedia air. Musim tanam jadi mundur,” tuturnya.
Ia pun memohon ke pada PUTR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk Cisanggarung, agar menginstruksikan untuk segera membuka pintu air Bendung Rentang dan mengalirkan air ke dua saluran induk Sindupraja dan Cipelang. Agar petani bisa segera melakukan percepatan musim tanam.
“Situasinya sekarang berbeda, jadi pengeringan tidak terlalu kaku dengan SOP,” ujarnya.
Menurutnya, SI Sindupraja dan Cipelang ini pemanfaatan airnya tidak hanya untuk sarana pertanian, namun juga untuk mandi dan mencuci masyarakat di wilayah Jatitujuh. Terutama yang air bawah tanahnya kering.
“Sekarang banyak petani yang sudah menyemai hingga dua kali gagal lagi. Karena hujan belum banyak dan sungai yang diandalkan kering,” katanya.
Sutrisno menyampaikan, pembukaan saluran air, sejalan dengan keinginan Menteri Pertanian yang ingin melakukan percepatan musim tanam akibat el nino.
“Awal bulan ini tepatnya 8 November Menteri Pertanian mengajukan tambahan anggaran sebesar Rp 5,8 triliun. Itu untuk percepatan masa tanam akibat el nino. Jadi pengeringan saluran air juga jangan kaku sebaiknya segera dibuka,” tuturnya.
Pengelola Bendung Rentang Dedi Supriadi mengatakan, pengeringan dilakukan sebagai upaya pemeliharaan, yang berlangsung pada 1-30 November 2023.(Tati)