Refleksi Tahun Baru Islam

Oleh : H. Muhamad Jaenudin, S.Ag. MH.
Kepala KUA Kec. Pancalang
SELAMAT datang tahun baru 1445 H. Walaupun tak mesti perayaan diekspresikan dengan gegap gempita kemeriahan. Perayaan juga bisa diekspresikan dalam hening penuh syahdu. Tenggelam dalam ruang kontemplatif. Untuk itu ada beberapa refleksi yang patut kita renungkan:
Pertama, pergantian tahun baru merupakan moment untuk bersyukur. Rasa syukur bahwa umur kita panjang hingga bisa bertemu dengan tahun baru, di saat saudara kita banyak yang sudah dipanggil Sang Kholik.
Tengoklah saudara, munkin juga orang tua kita, paman, bibi atau ponakan kita. Tetangga di kiri kanan kita, depan belakang kita yang ditahun lalu mereka selalu berkumpul dan bercengkrama di tengah-tengah kita tapi kini mereka sudah tiada, dipanggil Sang Maha Kuasa. Alangkah dekatnya kehidupan dengan kematian.
Kesempatan hidup begitu berharga yang harus diisi dengan prestasi dan amal kebajikan. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya lagi baik amalannya, dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya namun buruk amal perbuatannya.
Sinyalemen ini meninjukkan bahwa umur panjang itu sebuah tantangan, jika bisa membawanya akan mengantarkan menjadi manusia terbaik. Jika tidak, justru akan menjadi manusia terburuk
Refleksi syukur tidak lain adalah ibadah. Saat Rasulullah SAW ditanya kenapa ibadahnya begitu hebat, semalaman qiyamullail sampai kakinya bengkak, padahal beliau dijamin Allah pasti masuk surga, beliau menjawab, “apakah aku tidak ingin menjadi hamba Allah yang bersyukur.”
Syukur juga adalah “terima kasih”. Terkandung makna, setiap kali kita “terima” anugrah maka “kasihkan” sebagian kepada orang yang membutuhkan. Setiap kali kita “terima” nikmat maka jangan lupa “kasihkan” sebagian kepada orang yang ditimpa bencana.
Semua ini mengajarkan bahwa eksistensi kita di tengah masyarakat harus menjadi rahmatan lilalamiin untuk lingkungan kita. Setiap kita diharapkan mampu berbagi kepedulian sosial terutama kepada orang yang kurang mampu. Itulah sebabnya Rasul SAW bersabda, khoirunnaas anfa’uhum linnaas. Sebaik-baik manusia adalah yang dapat memberi manfaat kepada orang lain.
Satu hal lagi yang perlu dingat bahwa bersykur berarti konaah dan menerima dengan bagian dan nasib kita setelah kita berusaha keras. Rasulullah SAW mengajarkan dalam hal dunia, “Lihatlah kepada orang yang dibawah mu jangan kau lihat orang yang di atas mu, karena itu adalah lebih baik supaya kamu tidak menyepelekan nikmat Tuhan yang diberikan kepadamu”.
Ajaran ini perlu ditanamkan di generasi sekarang mengingat banyak penyelewengan seperti korupsi dan manipulasi yang terjadi gara-gara pelakunya kurang bersyukur dengan bagian yang Allah berikan.
Kedua, pergantian tahun baru adalah momentum bermuhasabah. Menghitung-hitung seberapa banyak amal sholeh yang dilakukan. Tahun baru mengajak kita berfikir kilas balik menghisab diri. Umar Bin Khotob pernah berkata, “Haasibuu qobla an tuhaasabuu”.
Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab di akhirat nanti. Ajaran ini mengandung makna evaluasi merenung ke belakang tentang amal kita, sekaligus pijakan demi menyongsong masa depan tentang nasib kita saat dihisab nanti.
Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Hasyr ayat (18) : “Hai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok! Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan”
Rasulullah SAW pun telah bersabda: “ Seseorang yang hari sekarangnya lebih baik dari hari kemarin dia adalah orang yang beruntung, dan jika hari ini sama seperti hari kemarin maka dia termasuk orang yang rugi, sedangkan jika hari ini lebih jelek dari kemarin maka dia adalah orang yang celaka.
“Demi masa,sesungguhnya manusia benar-benar berada di dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling nasihat menasihati di dalam kebenaran dan saling nasihat menasihati di dalam kesabaran.
”Surat al-‘Ashr ini Allah bersumpah dengan waktu yang merupakan zaman dimana manusia tinggal, bahwa setiap manusia berada di dalam kerugian. Kecuali mereka yang memiliki empat sifat yang disebutkan yakni iman, amal shalih, saling nasihat-menasihati di dalam kebenaran dan saling nasihat menasihati di dalam kesabaran di atas kebenaran.
Surat yang agung ini merupakan tolok ukur amal perbuatan, dengannya seorang mukmin menimbang dirinya sehingga jelaslah baginya apakah dia termasuk golongan yang beruntung atau merugi.
Oleh kerana itu Al Imam Asy-Syafi’i berkata, “Seandainya setiap orang mentadabburi surat ini pastilah cukup baginya sebagai modal mengarungi kehidupan”
Maka dengan bertambah usia seorang mukmin bertambah pula kebaikannya. Barangsiapa keadaannya seperti ini kehidupan lebih baik darinya daripada kematian.
Dan pada doa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, “Ya Allah jadikanlah kehidupan sebagai penambah kebaikan bagiku dan (jadikanlah) kematian sebagai penghenti keburukan dariku”. HR Muslim.
Ketiga, pergantian tahun baru adalah momentum untuk mawas diri. Tuntunan untuk senantiasa menjaga hawa nafsu. Sebab sering kali hari libur perayaan pergantian tahun baru dilewatkan dengan pesta pora, menghamburkan uang dengan hal yang mubadzir, bahkan terlalut dalam uporia yang lebih parah lagi sampai terjerumus kepada kemaksiatan.
Setiap perayaan pergantaian tahun baru sering kali terlihat sepasang muda-mudi yang “mojok” di pinggir-pinggir jalan, di bawah pohon rindang, dan di tempat-tempat obyek wisata.
Semua perilaku yang dulu dianggap tabu dan larangan kini dianggap biasa dan boleh-boleh saja bahkan menjadi tontonan di mana-mana. Di kalangan remaja bahkan tumbuh rasa bangga jika ia punya pacar dan bisa jalan berdua kemana-mana.
Sebaliknya bagi yang menjomblo dianggap kuno, kurang laku dan tidak gaul. Yang juga perlu dicamkan adalah faktor keselamatan lalu lintas. Kepadatan lalu lintas telah menjadi pemandangan yang biasa terjadi di perayaan pergantian tahun.
Lalu lintas jalan. Kepadatan lalu lintas juga telah memicu kerawanan kecelakaan lalu lintas. Sekali lagi, ini harus membuat kita mawas diri agar perjalanan perayaan tahun baru kita selamat sampai tujuan.
Tidak ada larangan untuk mengekspresikan kegembiraan tahun baru. Bahkan Agama Islam pun mempersilahkan melakukan perjalanan wisata dalam rangka tadabbur mengagumi keindahan alam.
Maka silahkan berwisata dalam rangka merayakan tahun baru dengan tetap menjaga ketertiban lalu lintas, menjaga sopan santun dan akhlakul karimah serta maujauhkan diri dari kemaksiatan.
Selamat merayakan tahun baru 1445 Hijriah. Semoga di tahun baru ini kita senantiasa mendapat bimbingan dan perlindungan-Nya. Aamiin.***