Uang Siapa?

Oleh : Sukanda Subrata
Penulis lepas asal WTC
SEMUA jenis kegiatan resmi atau bukan.bersifat pribadi maupun umum, rutin bahkan temporer pasti memerlukan biaya (uang ).
Tanpa ditunjang dengan uang semua kegiatan tersebut pasti gagal.
Semua itu hanya sebatas catatan angka–angka tak berguna.
Disinilah letaknya kekuasaan uang yang memegang peranan penting dalam berbagai hal yang tidak bisa tergantikan oleh apapun.
Akuntasi yang baik,administrasi yang rapi dan management yang mumpuni menjadi tidak berarti, ketika keuangannya kosong.
Dalam kehidupan masyarakat dilingkungan kita, tidak sedikit orang berseteru gara-gara uang, melakukan tindakan kriminal atau tindakan tidak terpuji.
Kata orang uang itu si raja tega, uang itu tidak kenal saudara, memang kejam. Urusan uang sampai kapan pun kita tidak bisa mengelak.
Apalagi urusan hutang piutang, harus diselesaikan sebelum manusia itu meninggal dunia.
Jadi dengan uang dan demi uang perilaku manusia bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Dari yang sebelumnya lemah menjadi berani,dari yang sebelumnya adab menjadi biadab,dari yang sebelumnya sopan menjadi sombong dan sebagainya.
Namun perlu dicatatan bahwa bagi orang yang benar-benar takut kepada Allah SWTsemua itu tidak akan terjadi. Orang karena bertakwa selamanya melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah.
Apalagi tentang uang pasti banyak hal yang harus diperhatiakan misalnya: uang itu digunaan untuk apa,dibelanjakan apa saja.semua harus dipertanggungjawabkan dunia akhirat. jadi tidak boleh main-main dengan uang.
Uang itu sebenarnya merupakan benda biasa seperti benda-benda pada umumnya. Namun karena itu uang memiliki keistimewaan yang luar biasa (alat tukar yang syah diseluruh dunia) dibandingkan dengan benda lainnya, maka setiap orangpun selalu berusaha untuk memilikinya.
Ketika seseorang sudah memiliki banyak uang, statusnyapun berubah menjadi orang kaya (hartawan,milyarder ). Seseorang yang sombong bisa mengatakan bahwa segala urusan didunia bisa diatur oleh uang.
Sepintas memang ya. Tetapi ada beberapa hal juga yang tidak mesti pakai uang mendapatkannya.
Kita ilutrasikan pada saat pelaksanaan Test ASN (Aparatur Sipil Negara ) atau test PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak ) uang tidak bisa menentukan seseorang untuk bisa lulus test. Oleh karena sistem yang menghendaki itu.
Begitu juga dengan uang, tidak mustahil akan berubah nilai jika sistemnya dan kondisinya berubah. Ilustrasi lainnya, seorang yang akan tenggelam disungai atau danau sangat membutuhkan pelampung bukan uang.
Orang dalam kegelapan membutuhkan cahaya bukan uang dan sebagianya. Padahal tidak munafik kita butuh uang untuk memperlancar setiap urusan kita.
Namun demikian tidak baik kita menjadi orang yang mata duitan.
Kita makhluk sosial yang butuh berkomunikasi,berdiskusi dengan orang disekitar kita. Idealnya setelah kita memiliki uang dengan cara masing masing. Kita harus menggunakan uang tersebut sesuai dengan peruntukannya.
Sehingga uang itu benar- benar terasa manfaatnya dalam istilah agama disebut barokah. Artinya dengan uang tersebut hidup kita bisa menjadi tenang, bukan sebaliknya. Teori tentang keuangan kadang bisa meleset ketika peradaban baru mempengaruhi kebiasaan kita.
Sifat bangsa Indonesia yang sebelumnya menerima apa adanya, kini berubah menjadi menuntut apa yang dilihat diiklan. Perilaku konsumerisme menuntut untuk segera dipenuhi. Jika kita menuruti kemauan, maka kehidupan kita akan celaka.
Kita tak punya kendali untuk mengontrol pengekuaran keuangan kita.Tanpa disadari kondisi realnya bahwa kita itu dalam istilah ekonomi besar pasak dari pada tiang.
Uang yang kita miliki juga secara hakekat bukan seluruhnya milik kita. Ternyata ada hak orang lain yang mesti dibayarkan zakatnya kepada yang berhak menerimanya.
Bahkan jika iman kita sudah kuat, malah kita harus bershodaqoh kepada orang terdekat. Dengan bershodaqoh Allah SWT akan mengganti uang kita dengan lebih banyak dari pada yang kita shodaqohkan.
Perhitungan manusia sacara matematika, uang kita ketika berikan kepada orang lain uang tersebut akan berkurang. Sekali lagi bagi Allah tidak sulit untuk mengubah segalanya.
Mengakhiri tulisan ini penulis sebatas bertanya kepada diri sendiri. Uang siapa yang digunakan oleh para pejabat pemerintah untuk membeli rumah mewah, membeli kendaraan mewah dan peralatan rumah tangga yang lux.
Kita tahu gaji pegawai negeri tidak sebesar itu.Jika dari gaji tok tak mungkin semua itu bisa diperoleh. Mungkin yang bersangkutan punya bisnis lain atau mendapat gratifikasi dari pemerintah kita tidak tahu. Dan hingga kini belum ada jawaban yang sesuai.
Jadi jangan heran ketika musim pemilihan umum, pemilihan legislatif banyak yang uang tidak bertuan bersebaran dimasyarakat guna meraih simpati.
Sebagai masyarakat yang tidak apa apa tentang uang itu ya anggap saja sebagai ini uang dari laingit. Dan rakyat tak perlu tahu. Hanya Allah SWT dan yang bersangkutan yang tahu uang siapa itu.***